Ancaman Serius dari AI: CEO Anthropic Peringatkan Hingga 50% Pekerjaan Bisa Hilang
Jakarta, 2025 Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus melaju pesat, membuka peluang besar sekaligus menimbulkan kekhawatiran serius. Baru-baru ini, Dario Amodei, CEO Anthropic salah satu perusahaan rintisan AI terkemuka asal Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Ia memperingatkan bahwa dalam kurun waktu 1 hingga 5 tahun ke depan, hingga 50% pekerjaan kelas profesional berisiko hilang akibat otomatisasi AI.
Pernyataan ini sontak mengundang perhatian luas, baik dari kalangan akademisi, pelaku industri, hingga pemerintah yang tengah mencari cara untuk mengatur perkembangan teknologi tanpa mengorbankan jutaan tenaga kerja.
AI sebagai Pedang Bermata Dua
Dario Amodei menekankan bahwa AI saat ini berkembang pada kecepatan yang bahkan melampaui prediksi awal banyak pakar. Model-model bahasa besar (large language models/LLM) serta sistem AI multimodal kini mampu melakukan berbagai tugas yang sebelumnya hanya bisa ditangani oleh manusia dengan keterampilan khusus.
Beberapa di antaranya adalah:
- Penulisan laporan dan analisis yang biasanya dilakukan oleh konsultan atau analis bisnis.
- Pengkodean perangkat lunak (coding) yang selama ini menjadi ranah para insinyur.
- Tugas administratif seperti menyusun jadwal, menyaring data, hingga membuat presentasi.
- Pelayanan pelanggan yang kini bisa dikelola oleh chatbot canggih dengan kemampuan percakapan mendekati manusia.
Menurut Amodei, hal ini membuat AI menjadi “pedang bermata dua”: di satu sisi meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun di sisi lain bisa menimbulkan gelombang kehilangan pekerjaan besar-besaran jika tidak diantisipasi.
Potensi Kehilangan Pekerjaan
Prediksi kehilangan pekerjaan hingga 50% di kalangan profesional bukanlah sekadar spekulasi. Amodei menjelaskan bahwa berbagai bidang pekerjaan berbasis pengetahuan (knowledge-based jobs) seperti jurnalis, pengacara junior, analis keuangan, desainer grafis, hingga programmer entry-level berisiko tinggi tergantikan oleh AI.
Namun, ia juga menambahkan bahwa tidak semua pekerjaan akan hilang. Banyak pekerjaan justru akan bertransformasi. Misalnya, seorang analis keuangan mungkin tidak lagi menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengolah data mentah, melainkan fokus pada strategi pengambilan keputusan dengan bantuan AI.
Pentingnya Regulasi dan Adaptasi
Pernyataan Amodei sejalan dengan kekhawatiran global bahwa AI dapat menciptakan disrupsi sosial yang besar. Oleh karena itu, regulasi yang jelas dan adaptif menjadi sangat penting.
Ia mendorong pemerintah di berbagai negara untuk segera menyusun kebijakan yang mencakup:
- Pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) bagi tenaga kerja agar bisa beradaptasi dengan era AI.
- Jaring pengaman sosial untuk melindungi pekerja yang terdampak gelombang otomatisasi.
- Pengawasan etika AI, agar teknologi tidak digunakan secara salah yang bisa merugikan masyarakat.
- Kolaborasi internasional, karena dampak AI tidak mengenal batas negara.
“Jika kita gagal mempersiapkan tenaga kerja dan kebijakan yang tepat, maka AI bisa memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi,” ujar Amodei.
Reaksi Industri dan Pemerintah
Peringatan dari CEO Anthropic mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Di sektor industri, beberapa perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Google, dan OpenAI juga mengakui adanya potensi hilangnya pekerjaan, meski mereka menekankan bahwa AI akan membuka lapangan kerja baru di bidang lain.
Pemerintah di sejumlah negara mulai mengambil langkah. Uni Eropa, misalnya, telah mengesahkan AI Act, regulasi komprehensif pertama di dunia untuk mengatur penggunaan AI. Sementara itu, pemerintah Indonesia tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) tentang AI yang diharapkan dapat memberikan arah jelas bagi pengembangan dan pemanfaatan teknologi ini.
Sisi Optimis: Pekerjaan Baru dan Inovasi
Meskipun ancaman kehilangan pekerjaan begitu besar, Amodei juga menekankan sisi positif dari perkembangan AI. Menurutnya, teknologi ini bisa membuka lapangan kerja baru di bidang:
- Pengembangan dan pengawasan AI (AI engineering & auditing).
- Keamanan siber berbasis AI.
- Pendidikan dan pelatihan berbasis teknologi digital.
- Industri kreatif yang memanfaatkan AI untuk mempercepat proses produksi konten.
Dengan kata lain, tantangannya bukan hanya tentang kehilangan pekerjaan, melainkan juga tentang mempersiapkan tenaga kerja untuk mengisi peran-peran baru yang muncul.
Masa Depan Dunia Kerja di Era AI
Jika prediksi Amodei terbukti, maka dalam beberapa tahun ke depan dunia kerja akan berubah drastis. Pekerjaan repetitif berbasis pengetahuan akan semakin jarang dilakukan manusia, sementara pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, kepemimpinan, dan empati justru akan lebih dihargai.
Pergeseran ini menuntut pendidikan yang lebih fleksibel, kurikulum baru yang menekankan literasi digital, serta kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.
Kesimpulan
Peringatan dari CEO Anthropic, Dario Amodei, menjadi sinyal kuat bahwa dunia sedang berada di ambang revolusi besar dalam dunia kerja. AI menawarkan peluang luar biasa, namun juga menyimpan ancaman serius jika tidak dikelola dengan bijak.
Dengan potensi hilangnya hingga 50% pekerjaan profesional, dunia dituntut untuk segera beradaptasi melalui kebijakan, pendidikan, serta strategi bisnis yang tepat. AI bukan sekadar alat, melainkan kekuatan disruptif yang bisa menentukan arah peradaban manusia di masa depan.
Pertanyaannya kini bukan lagi apakah pekerjaan akan tergantikan oleh AI, tetapi bagaimana manusia bisa tetap relevan dan memimpin di era di mana mesin sudah mampu “berpikir” seperti manusia.
Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
Terobosan MIT: Alat AI Baru Otomatiskan Annotasi Citra Medis, Mempercepat Inovasi Klinis
alya 30/09/2025 0Cambridge, 2025 – Institut Teknologi Massachusetts (MIT) kembali menghadirkan gebrakan di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dengan meluncurkan sebuah alat AI revolusioner yang dirancang untuk…
Teknologi AI & Regulasi di Indonesia: Harmonisasi Perpres AI Segera Dilakukan untuk Masa Depan Digital yang Aman
alya 30/09/2025 0Jakarta, 2025 Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam beberapa tahun terakhir telah membawa…
PBB Bahas AI dalam Sidang Keamanan Global: Menimbang Antara Peluang dan Risiko
alya 30/09/2025 0New York, 2025 Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kembali menjadi sorotan utama dunia internasional. Dalam sidang…
Ledakan Investasi Infrastruktur AI: Triliunan Rupiah Digelontorkan, Tapi Kapan Baliknya?
alya 30/09/2025 0Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) saat ini menjadi “bintang utama” dalam dunia teknologi global. Hampir setiap…
Gemini Robotics 1.5: Terobosan DeepMind yang Membuat Robot Mampu “Berpikir” Sebelum Bertindak
alya 30/09/2025 0Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin hari semakin mengagumkan. Setelah model bahasa besar (large language…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (813)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (58)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags