Blog

Aplikasi Tea Diterpa Isu Privasi Usai Bocornya Data Pengguna

Di tengah sorotan sebagai salah satu aplikasi paling viral tahun ini, Tea, platform chatting berbasis komunitas yang dirancang untuk berbagi informasi tentang pengalaman kencan menghadapi krisis serius. Dalam waktu kurang dari seminggu, aplikasi ini mengalami dua insiden pelanggaran data yang mengekspos lebih dari satu juta pesan pribadi dan puluhan ribu gambar sensitif milik penggunanya.

Insiden ini menimbulkan kekhawatiran besar terhadap keamanan data pada platform sosial berbasis anonimitas, apalagi mengingat sifat percakapan yang bersifat pribadi dan rentan. Banyak pengguna mengungkapkan kekecewaan di media sosial, sementara pakar keamanan digital mengkritik lemahnya infrastruktur perlindungan data Tea yang dianggap belum siap menangani lonjakan pengguna secara masif.

Situasi ini menempatkan tekanan besar pada pengembang untuk segera memperbaiki celah keamanan dan memberikan penjelasan transparan kepada publik guna memulihkan kepercayaan yang terlanjur goyah.

Apa Itu Tea Dating App?

Tea adalah aplikasi chatting berbasis komunitas yang dirancang untuk menjadi ruang berbagi cerita pengalaman kencan secara anonim. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk memposting kisah pribadi, memberi peringkat atau ulasan terhadap pengalaman kencan dengan seseorang, dan melihat riwayat interaksi orang lain tanpa harus mengungkapkan identitas asli. 

Konsep ini menggabungkan fitur forum diskusi dengan elemen media sosial, menciptakan ekosistem berbasis kepercayaan dan testimoni. Tea populer karena dianggap memberi kontrol lebih besar kepada individu dalam menjelajahi dunia percintaan digital, meskipun pendekatannya terhadap privasi kini sedang menjadi sorotan.

Pemadaman Fitur Direct Message (DM) Tea Dating App

Pelanggaran pertama terungkap ketika pihak Tea mengonfirmasi bahwa sekitar 72.000 gambar berhasil diakses oleh pihak tak bertanggung jawab. Di antara gambar tersebut, 13.000 merupakan selfie dan foto ID pengguna yang dikirim untuk proses verifikasi akun. Sisanya adalah gambar dari unggahan publik maupun pesan langsung yang dibagikan di dalam aplikasi.

Tidak lama setelahnya, insiden kedua menyusul. Menurut laporan 404 Media, celah keamanan lanjutan memungkinkan lebih dari 1,1 juta pesan pribadi terekspos, mencakup percakapan yang memuat informasi sensitif seperti nomor telepon, diskusi soal kehamilan, hingga perselingkuhan. Peneliti keamanan independen Kasra Rahjerdi menjadi pihak pertama yang melaporkan temuan tersebut, sekaligus mendorong respons cepat dari pihak pengembang.

Tindakan Darurat Tea

Sebagai respons atas insiden beruntun ini, Tea mengumumkan bahwa mereka menonaktifkan fitur direct messaging secara sementara. Lewat unggahan di Instagram, mereka menyatakan bahwa sistem yang terdampak telah dimatikan “demi kewaspadaan maksimal”. Tim pengembang juga mengklaim telah menggandeng pakar keamanan siber independen untuk mengaudit dan memperkuat sistem backend mereka.

Meski demikian, banyak pihak mempertanyakan apakah langkah-langkah ini cukup cepat dan memadai, mengingat skala data yang bocor dan potensi penyalahgunaan informasi oleh pihak ketiga, termasuk di forum-forum seperti 4chan yang sempat disebut dalam laporan investigatif.

Risiko Penggunaan Platform Anonim

Meski menawarkan kebebasan berekspresi dan ruang aman bagi pengguna, platform berbasis anonimitas seperti Tea juga membawa risiko tersendiri. Identitas yang disamarkan seringkali menjadi celah bagi perilaku toxic, penyebaran rumor, hingga penyalahgunaan informasi tanpa konsekuensi langsung.

Dalam kasus pelanggaran data, anonimitas justru menjadi bumerang: sulitnya menelusuri pelaku, sekaligus rentannya informasi sensitif tersebar secara luas. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang batas etis dan tanggung jawab penyedia platform dalam mengelola komunitas daring yang rentan terhadap penyimpangan.

Popularitas Tea Dating App

Ironisnya, kedua insiden ini terjadi bersamaan dengan lonjakan popularitas Tea di platform iOS. Hingga akhir pekan lalu, aplikasi ini bertengger di posisi teratas App Store, mengungguli berbagai aplikasi besar lainnya. Menurut data dari Sensor Tower, Tea diperkirakan memiliki sekitar 2 juta pengguna aktif bulanan per Juli 2025.

Namun pertumbuhan cepat ini tampaknya tidak diiringi kesiapan infrastruktur keamanan digital. Sistem penyimpanan data pengguna terbukti tidak cukup tangguh untuk menghadapi ancaman peretasan, dan regulasi internal seputar privasi tampak belum berkembang seiring dengan skalabilitas penggunanya.

Kesimpulan

Kasus Tea menunjukkan bahwa popularitas tidak boleh mengorbankan keamanan. Dalam dunia digital yang terus berkembang, perlindungan data pribadi harus menjadi fondasi utama setiap platform sosial, terutama yang berurusan dengan informasi sensitif. Pengguna berhak atas transparansi, perlindungan maksimal, dan tanggung jawab penuh dari penyedia layanan, terutama ketika kepercayaan telah dikhianati lebih dari sekali.

Ingin tahu update seputar tren digital lainnya? Temukan inspirasi teknologi harian di Instagram @Wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, Webklik juga menyediakan layanan pembuatan website profesional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi Anda.

Leave your thought here

Read More

Honor Magic 8 Pro: Smartphone AI “Otomatis Berevolusi” dengan Tombol AI Khusus yang Ubah Cara Kita Berinteraksi dengan Teknologi

alya 21/10/2025

Jakarta, Oktober 2025  Dunia smartphone kembali diguncang oleh gebrakan terbaru dari Honor, yang resmi meluncurkan perangkat flagship terbarunya Honor Magic 8 Pro, di mana kecerdasan…

Putra Mahkota Dubai Luncurkan Platform AI & Program Startup: Langkah Ambisius Menuju Ekonomi Digital Terpadu

alya 21/10/2025

Dubai, Oktober 2025 Dalam langkah strategis yang memperkuat posisinya sebagai pusat teknologi global, Putra Mahkota…

CEO NVIDIA Jensen Huang Hadiri KTT APEC 2025 di Korea Selatan: Bahas Masa Depan AI, Robotika, dan Kendaraan Otonom Bersama Raksasa Teknologi Asia

alya 21/10/2025

Seoul, Korea Selatan Oktober 2025 CEO NVIDIA, Jensen Huang, dikonfirmasi akan menghadiri KTT APEC CEO…

Alibaba Cloud Resmikan Data Center Kedua di Dubai: Perkuat Ekosistem Cloud & AI di Timur Tengah

alya 20/10/2025

Dubai, Oktober 2025 Alibaba Cloud, divisi komputasi awan dari raksasa teknologi Tiongkok Alibaba Group, secara…

Bayangan Gelap Revolusi AI: Ketika Kecerdasan Buatan Menciptakan Kelas Sosial Baru di Dunia Digital

alya 19/10/2025

Di tengah gempita revolusi teknologi dan kecerdasan buatan (AI), muncul satu kekhawatiran mendalam yang diangkat…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!