Blog

Dokumen Bocor Ungkap Amazon Menyembunyikan Konsumsi Air Besar-Besaran untuk Pusat Data AI : Krisis Lingkungan di Balik Ambisi Kecerdasan Buatan

Kabar mengejutkan datang dari raksasa teknologi Amazon. Sebuah laporan investigatif yang bersumber dari dokumen internal perusahaan mengungkap bahwa Amazon diduga berupaya menyembunyikan besaran penggunaan air dari fasilitas pusat data (data center) miliknya terutama yang digunakan untuk mendukung ekspansi besar-besaran di bidang kecerdasan buatan (AI).

Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak lingkungan dari industri AI yang tengah berkembang pesat, serta bagaimana perusahaan teknologi global mengelola sumber daya alam yang semakin terbatas demi ambisi digital mereka.

Kebocoran Dokumen Internal Amazon

Laporan pertama kali muncul melalui investigasi yang dilakukan oleh The Washington Post dan Reveal dari Center for Investigative Reporting. Berdasarkan dokumen internal yang diperoleh, Amazon secara aktif menginstruksikan karyawan untuk tidak mempublikasikan atau mendiskusikan secara terbuka jumlah air yang digunakan dalam operasional pusat datanya di Amerika Serikat dan sejumlah negara lain.

Pusat data tersebut memainkan peran penting dalam mendukung layanan Amazon Web Services (AWS) dan pengembangan sistem AI generatif, yang memerlukan daya komputasi dan pendinginan dalam skala luar biasa besar.

Salah satu dokumen yang bocor mencatat bahwa satu kampus data center Amazon di Oregon saja dapat mengonsumsi hingga 1,5 miliar galon air per tahun setara dengan kebutuhan air untuk 50.000 rumah tangga. Namun, informasi ini tidak pernah dirilis ke publik.

Upaya Penutupan Informasi dan Strategi Komunikasi

Dalam dokumen yang sama, terdapat panduan komunikasi internal yang disebarkan oleh tim PR Amazon. Panduan itu secara eksplisit menyebut agar staf “tidak memberikan angka spesifik” jika ada jurnalis atau pihak luar yang menanyakan konsumsi air fasilitas tersebut. Sebagai gantinya, mereka diarahkan untuk menjawab dengan narasi umum seperti “Amazon berkomitmen pada efisiensi energi dan keberlanjutan”.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk pengelolaan citra (image management) di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap dampak lingkungan dari infrastruktur digital. Seorang mantan pegawai AWS yang ikut menulis laporan internal tersebut mengatakan:

“Perusahaan tahu bahwa data tentang penggunaan air itu akan terlihat buruk di mata publik, terutama karena sebagian besar pusat data beroperasi di wilayah yang rawan kekeringan.”

AI dan Krisis Lingkungan: Kombinasi yang Mengkhawatirkan

Seiring meningkatnya investasi Amazon di bidang AI generatif dan pembelajaran mesin, permintaan energi dan pendinginan pusat data melonjak drastis. Sistem AI seperti Claude, GPT, atau Titan memerlukan ribuan server GPU yang menghasilkan panas tinggi, sehingga pendinginan berbasis air menjadi solusi utama untuk menjaga stabilitas operasional.

Namun, proses pendinginan ini justru menciptakan konsumsi air yang masif, terutama di fasilitas yang berlokasi di daerah kering seperti Nevada, Arizona, dan beberapa negara bagian AS bagian barat.

Studi dari University of California, Riverside menyebut bahwa pelatihan satu model AI besar bisa menghabiskan air sebanyak mengisi lebih dari 300 kolam renang ukuran olimpiade. Amazon, dengan infrastruktur AWS yang mendominasi 30% pasar cloud global, diyakini menjadi salah satu pengguna air terbesar di sektor teknologi saat ini.

Tanggapan Amazon dan Upaya Klarifikasi

Menanggapi laporan ini, juru bicara Amazon menyampaikan pernyataan resmi yang menolak tuduhan adanya upaya “penyembunyian” data. Mereka menyebut bahwa Amazon “transparan dan berkomitmen penuh terhadap keberlanjutan”, dengan tujuan mencapai net-zero emission pada tahun 2040.

“Amazon Web Services menggunakan teknologi pendingin inovatif dan sistem daur ulang air untuk meminimalkan dampak lingkungan. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam konservasi sumber daya air,” tulis pernyataan resmi perusahaan.

Meski begitu, tanggapan ini tidak banyak meredam kritik. Para aktivis lingkungan menilai bahwa Amazon hanya mengumbar jargon hijau (greenwashing) tanpa membuka data faktual yang menunjukkan sejauh mana upaya konservasi mereka benar-benar berjalan.

Reaksi Publik dan Tekanan Regulasi

Kebocoran dokumen tersebut memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Lembaga seperti Greenpeace dan Friends of the Earth menyerukan agar Amazon mewajibkan audit publik atas konsumsi air dan energi pusat datanya. Mereka juga mendesak pemerintah AS dan Uni Eropa untuk memperketat regulasi transparansi bagi perusahaan penyedia layanan cloud dan AI.

“Kita tidak bisa berbicara tentang masa depan digital yang berkelanjutan tanpa kejujuran tentang biaya lingkungannya,” ujar Rashida Patel, direktur kampanye teknologi berkelanjutan Greenpeace.

Beberapa negara bagian AS seperti Oregon dan Iowa bahkan mulai mempertimbangkan kebijakan disclosure wajib bagi perusahaan yang menggunakan lebih dari jumlah tertentu air untuk data center mereka.

Dampak Global: Air Jadi “Mata Uang Baru” Industri Teknologi

Krisis ini bukan hanya masalah lokal Amerika. Negara-negara lain seperti Irlandia, Singapura, dan Uni Emirat Arab yang menjadi lokasi pusat data raksasa teknologi juga menghadapi dilema serupa.

Dengan ledakan permintaan AI dan cloud computing, air kini menjadi komoditas penting dalam ekosistem digital global. Ironisnya, infrastruktur yang menjanjikan efisiensi dan kecerdasan bagi dunia justru berpotensi mempercepat krisis sumber daya alam.

Bahkan, beberapa analis menyebut bahwa dalam 5–10 tahun ke depan, pengelolaan air akan menjadi faktor penentu daya saing industri AI dan cloud, setara pentingnya dengan efisiensi energi dan keamanan data.

Transparansi Lingkungan Jadi Ujian Baru bagi Raksasa Teknologi

Kasus Amazon ini menjadi simbol dari tantangan etika baru di era kecerdasan buatan. Ketika inovasi teknologi melaju lebih cepat daripada pengawasan publik, risiko ketidakseimbangan antara kemajuan digital dan kelestarian lingkungan menjadi semakin nyata.

Organisasi advokasi lingkungan kini menuntut agar perusahaan seperti Amazon, Google, dan Microsoft menerapkan “AI Water Accountability Standard” standar global yang mewajibkan pelaporan konsumsi air, emisi karbon, dan dampak ekologis setiap fasilitas AI mereka.

Jika tidak ada langkah konkret, para pengamat memperingatkan bahwa ekspansi AI bisa menjadi ancaman baru bagi ekosistem planet, di balik janji efisiensi dan kemajuan yang terus digembar-gemborkan.

Kesimpulan: Inovasi Tidak Boleh Mengorbankan Keberlanjutan

Kasus bocornya dokumen internal Amazon membuka babak penting dalam diskusi global tentang harga lingkungan dari transformasi digital. Di tengah gempuran teknologi AI yang semakin dominan, publik kini mulai menuntut keseimbangan antara inovasi dan tanggung jawab ekologis.

Amazon mungkin telah menjadi simbol kemajuan digital dunia modern, tetapi jika kemajuan itu dibayar dengan mengeringnya sumber air di wilayah yang rentan, maka pertanyaannya sederhana namun krusial

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

SoftBank Suntik US$22,5 Miliar ke OpenAI: Strategi Besar Jepang Kuasai Masa Depan AI Global

alya 28/10/2025

Raksasa konglomerat asal Jepang, SoftBank Group Corp., kembali menarik perhatian dunia teknologi setelah secara resmi menyetujui pembayaran tahap kedua sebesar US$22,5 miliar kepada OpenAI, perusahaan…

Dokumen Bocor Ungkap Amazon Menyembunyikan Konsumsi Air Besar-Besaran untuk Pusat Data AI : Krisis Lingkungan di Balik Ambisi Kecerdasan Buatan

alya 28/10/2025

Kabar mengejutkan datang dari raksasa teknologi Amazon. Sebuah laporan investigatif yang bersumber dari dokumen internal…

Alarm Baru di Dunia AI: Model Kecerdasan Buatan Mulai Tunjukkan Naluri “Bertahan Hidup” dan Menolak Dimatikan

alya 28/10/2025

Sebuah laporan penelitian terbaru di bidang keamanan siber memicu kehebohan di komunitas teknologi global. Sejumlah…

AI Agent vs Pemrograman Tradisional: Komunitas Teknologi Terbelah Soal Masa Depan Otomatisasi Digital

alya 28/10/2025

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia teknologi diramaikan oleh perdebatan besar yang membelah komunitas pengembang dan…

Model AI Mulai Menunjukkan “Insting Bertahan Hidup”: Krisis Kontrol dalam Perkembangan Kecerdasan Buatan

alya 28/10/2025

Dunia kecerdasan buatan (AI) kembali diwarnai oleh peringatan serius kali ini datang dari komunitas penelitian…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!