Blog

Bayangan Gelap Revolusi AI: Ketika Kecerdasan Buatan Menciptakan Kelas Sosial Baru di Dunia Digital

Di tengah gempita revolusi teknologi dan kecerdasan buatan (AI), muncul satu kekhawatiran mendalam yang diangkat oleh artikel opini The Guardian: apakah AI justru sedang menciptakan “kelas bawah digital” permanen dalam masyarakat modern?

Pandangan ini menyoroti sisi gelap perkembangan AI di mana kemajuan teknologi yang seharusnya membawa keadilan dan kemudahan, justru berpotensi memperdalam jurang ketimpangan sosial antara mereka yang menguasai teknologi dan mereka yang tertinggal olehnya.

Era AI: Janji Kemajuan atau Ancaman Kesenjangan Baru?

Selama beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi simbol inovasi terbesar dalam sejarah manusia. Dari sistem otomatisasi pabrik, robot cerdas, hingga asisten digital dan model bahasa seperti ChatGPT, teknologi ini telah mengubah hampir semua aspek kehidupan manusia.

Namun, sebagaimana ditulis oleh kolumnis The Guardian, di balik janji kemajuan tersebut tersembunyi realitas yang lebih kompleks: tidak semua orang mendapatkan manfaat yang sama dari revolusi ini. AI tidak hanya mengotomatisasi pekerjaan, tetapi juga mengotomatisasi ketimpangan sosial.

Ketika perusahaan besar di Silicon Valley dan negara maju seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa berinvestasi miliaran dolar dalam pengembangan AI, jutaan pekerja di negara berkembang berjuang menghadapi ancaman kehilangan pekerjaan dan hilangnya relevansi dalam ekonomi digital yang baru.

“Underclass Digital”: Masyarakat yang Tertinggal di Era Otomatisasi

Konsep “underclass digital” menggambarkan kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses, kemampuan, atau peluang untuk berpartisipasi dalam ekonomi berbasis AI.

Mereka adalah individu yang terpinggirkan oleh sistem bukan karena kurang usaha, tetapi karena struktur teknologi itu sendiri menciptakan ketimpangan.

Ada beberapa bentuk nyata dari “kelas bawah digital” ini:

  1. Pekerja Digital Rendah Bayaran – Seperti para data labeler di negara-negara berkembang yang dibayar sangat rendah untuk melatih sistem AI, sementara keuntungan besar dinikmati perusahaan teknologi global.
  2. Pekerja yang Tergusur Otomatisasi – Pekerjaan administratif, produksi, hingga layanan pelanggan yang tergantikan oleh algoritma dan robot cerdas.
  3. Masyarakat Non-Digital – Mereka yang tidak memiliki keterampilan digital atau akses internet yang memadai, sehingga terisolasi dari sistem ekonomi baru.
  4. Negara Berkembang yang Tertinggal Teknologi – Ketika AI menjadi penentu kekuatan ekonomi global, negara yang tidak mampu berinvestasi dalam riset dan infrastruktur AI akan tertinggal semakin jauh.

Dengan kata lain, dunia sedang menyaksikan lahirnya kasta baru, bukan berdasarkan ras, agama, atau garis keturunan, tetapi berdasarkan akses terhadap teknologi dan data.

Kapitalisme Data: Ketimpangan yang Tak Terlihat

Kritik sosial terhadap dominasi AI tidak berhenti pada masalah pekerjaan. The Guardian juga menyoroti munculnya bentuk baru kapitalisme kapitalisme data, di mana data menjadi komoditas paling berharga.

Perusahaan teknologi besar seperti Google, Meta, Amazon, dan OpenAI kini berfungsi layaknya “kerajaan digital” yang menguasai data miliaran pengguna di seluruh dunia.

Dengan mengendalikan algoritma dan data pelatihan AI, mereka tidak hanya mengatur perilaku pasar, tetapi juga membentuk opini, selera, dan bahkan keputusan sosial-politik masyarakat global.

Akibatnya, mereka yang tidak memiliki kontrol atas data pribadi mereka akan menjadi obyek eksploitasi digital, bukan subyek dalam sistem ekonomi. Inilah bentuk baru dari kolonialisme kolonialisme algoritmik, di mana kekuasaan tidak lagi diukur dari luas wilayah, tetapi dari besarnya kumpulan data dan kemampuan komputasi.

Kesenjangan Pendidikan dan Literasi Digital

Masalah lain yang semakin menonjol adalah ketimpangan literasi digital.

Di negara-negara maju, masyarakat memiliki kesempatan untuk memahami, menggunakan, dan bahkan menciptakan teknologi AI. Namun di banyak negara berkembang, kemampuan ini masih sangat terbatas.

Sekolah-sekolah masih berjuang dengan infrastruktur dasar, sementara kurikulum pendidikan belum menyiapkan generasi muda untuk menghadapi dunia yang dipenuhi otomatisasi dan algoritma.

Jika situasi ini dibiarkan, maka akan muncul dua dunia yang sangat berbeda:

  • Dunia mereka yang mengontrol teknologi, dan
  • Dunia mereka yang dikontrol oleh teknologi.

Inilah yang dimaksud dengan “permanent underclass” kondisi di mana ketimpangan digital tidak hanya sementara, tetapi bisa bertahan lintas generasi.

AI dan Etika Sosial: Keadilan atau Ketimpangan?

Pertanyaan yang kini harus dijawab bukan lagi “seberapa canggih AI bisa menjadi,” melainkan “seberapa adil AI bisa diterapkan.”

AI bukan sekadar alat teknis, melainkan sistem yang merefleksikan nilai-nilai sosial dari pembuatnya. Jika algoritma dilatih dengan data yang bias, maka ia akan memperkuat bias sosial baik dalam bentuk diskriminasi ras, gender, maupun ekonomi.

Contoh nyata bisa dilihat dari sistem rekrutmen otomatis yang menolak pelamar berdasarkan pola historis data bias gender, atau sistem prediksi kriminal yang menstigma kelompok tertentu.

Alih-alih menciptakan keadilan, AI justru bisa mereproduksi ketidakadilan dalam skala yang lebih besar dan sistemik.

Jalan Menuju Masyarakat Digital yang Inklusif

Untuk mencegah lahirnya “kelas bawah digital” permanen, dunia membutuhkan tata kelola AI yang etis, transparan, dan inklusif.

Beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan antara lain:

  1. Regulasi yang Melindungi Pekerja dan Data – Pemerintah harus membuat aturan yang adil tentang penggunaan data, hak cipta digital, dan upah minimum bagi pekerja digital global.
  2. Pendidikan Literasi AI – Sekolah dan universitas perlu memasukkan literasi digital dan etika teknologi dalam kurikulum sejak dini.
  3. Desentralisasi Teknologi – Pengembangan AI harus melibatkan komunitas lokal, bukan hanya perusahaan besar.
  4. Kolaborasi Global – Negara-negara berkembang perlu memiliki akses ke sumber daya komputasi dan data agar tidak tertinggal dalam revolusi industri digital.

Kesimpulan: Siapa yang Diuntungkan dari Revolusi AI?

Kecerdasan buatan telah membuka babak baru dalam sejarah umat manusia tetapi juga membuka pertanyaan etis yang sangat mendalam.

Apakah AI akan menjadi alat pembebasan atau alat penindasan baru?

Apakah teknologi ini akan mempersempit kesenjangan atau justru menciptakan “kelas bawah digital” yang abadi?

Jika tidak ada intervensi sosial dan kebijakan publik yang kuat, maka masa depan digital bukanlah dunia yang setara, melainkan dunia di mana segelintir orang menguasai algoritma, dan miliaran lainnya dikendalikan olehnya.

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

Bayangan Gelap Revolusi AI: Ketika Kecerdasan Buatan Menciptakan Kelas Sosial Baru di Dunia Digital

alya 19/10/2025

Di tengah gempita revolusi teknologi dan kecerdasan buatan (AI), muncul satu kekhawatiran mendalam yang diangkat oleh artikel opini The Guardian: apakah AI justru sedang menciptakan…

HTV-X1: Jepang Kirim Akselerator AI Fotonik ke Luar Angkasa Langkah Besar Kolaborasi Teknologi dan Eksplorasi Antariksa

alya 19/10/2025

Jepang kembali mencatatkan tonggak sejarah baru dalam dunia teknologi dan eksplorasi ruang angkasa. Melalui misi…

NVIDIA dan Fujitsu Jalin Kemitraan Strategis: Mendorong Revolusi Robotik dan Otomatisasi Industri Berbasis AI di Jepang

alya 19/10/2025

Dalam langkah besar menuju masa depan industri cerdas, NVIDIA dan Fujitsu resmi mengumumkan kerja sama…

Google Bangun Pusat Data AI Terbesar di Dunia Luar AS: India Jadi Poros Baru Revolusi Kecerdasan Buatan Global

alya 19/10/2025

Dalam langkah besar yang menandai babak baru perkembangan teknologi global, Google resmi mengumumkan pembangunan pusat…

Apple M5 Resmi Meluncur: Chip Super AI dengan Performa Grafis Tinggi dan Efisiensi Energi Revolusioner

alya 19/10/2025

Apple kembali mengguncang dunia teknologi dengan pengumuman resmi peluncuran chip M5, generasi terbaru dari jajaran…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!