Blog

Transformasi Energi Bersih Indonesia: Proyek “Waste-to-Energy” di 33 Kota Butuh Pendanaan US$5,5 Miliar

Jakarta, Oktober 2025 Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan langkah ambisius dalam transisi menuju energi bersih dengan mengusung proyek waste-to-energy (WTE) atau pembangkit listrik tenaga sampah di 33 kota besar. Proyek ini menjadi bagian penting dari agenda Net Zero Emission 2060, dengan estimasi total pendanaan mencapai US$5,5 miliar atau sekitar Rp 89 triliun.

Langkah ini menandai titik penting dalam strategi nasional untuk menggabungkan pengelolaan sampah dan penyediaan energi terbarukan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan yang sudah banyak diterapkan di negara-negara maju seperti Jepang, Denmark, dan Singapura.

Solusi Ganda: Kurangi Sampah dan Hasilkan Energi

Indonesia selama ini menghadapi dua tantangan besar meningkatnya volume sampah perkotaan dan kebutuhan energi yang terus bertumbuh. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 68 juta ton sampah per tahun, dengan lebih dari 40% di antaranya belum dikelola secara optimal.

Melalui program Waste-to-Energy National Initiative, pemerintah berupaya mengubah sampah menjadi sumber energi listrik dengan teknologi incineration dan gasification yang mampu mengubah limbah padat menjadi energi panas dan listrik.

“Pendekatan ini bukan hanya soal menghasilkan listrik, tetapi juga mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat akibat timbunan sampah,” jelas Siti Nurbaya Bakar, Menteri KLHK, dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (10/10).

33 Kota Prioritas dan Skema Pembangunan

Proyek ini akan dijalankan di 33 kota besar dan metropolitan, termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Palembang, dan Denpasar. Tiap kota akan memiliki fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan kapasitas antara 10 hingga 40 megawatt, tergantung pada volume sampah dan kebutuhan energi lokal.

Pembangunan dilakukan secara bertahap:

  1. Tahap I (2025–2026): Pembangunan PLTSa di 10 kota prioritas, termasuk Jakarta Timur, Surabaya, dan Bandung.
  2. Tahap II (2027–2028): Ekspansi ke kota lapis kedua seperti Yogyakarta, Samarinda, dan Banjarmasin.
  3. Tahap III (2029–2030): Implementasi penuh di seluruh 33 kota dengan sistem integrasi jaringan listrik nasional.

Setiap proyek akan dijalankan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), melibatkan investasi dari sektor swasta, bank pembangunan, dan mitra internasional seperti Asian Development Bank (ADB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA).

Teknologi Inti: Dari Sampah Menjadi Energi

Dalam proyek ini, Indonesia akan memanfaatkan beberapa teknologi konversi energi limbah yang telah teruji di tingkat global:

  1. Incineration (Pembakaran Terkontrol): Mengubah sampah padat menjadi energi panas, kemudian dikonversi menjadi listrik.
  2. Gasification (Pirolisis): Mengurai bahan organik pada suhu tinggi tanpa oksigen untuk menghasilkan gas sintetis (syngas).
  3. Anaerobic Digestion: Mengubah limbah organik menjadi biogas melalui proses fermentasi mikroba.
  4. Refuse Derived Fuel (RDF): Sampah non-organik diproses menjadi bahan bakar padat alternatif untuk industri.

Pemerintah menargetkan setiap kota dapat mengonversi 50–70% sampah harian menjadi energi, yang diproyeksikan menghasilkan total kapasitas listrik hingga 1.000 megawatt (MW) secara nasional.

Dampak Lingkungan dan Ekonomi

Selain mendukung transisi energi, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak sosial dan ekonomi yang luas. Dengan teknologi WTE, volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) dapat berkurang drastis, memperpanjang usia TPA hingga 20 tahun ke depan.

“Kita tidak hanya berbicara soal energi bersih, tapi juga membuka lapangan kerja baru dan mengubah paradigma masyarakat terhadap sampah,” kata Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Beberapa dampak positif yang diharapkan:

  • Reduksi emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 30 juta ton CO₂ per tahun.
  • Penciptaan 50.000 lapangan kerja baru, terutama di bidang pengelolaan sampah dan operasional pembangkit.
  • Efisiensi lahan TPA hingga 40% di kota besar.
  • Kontribusi terhadap bauran energi terbarukan nasional sebesar 3–5% pada tahun 2030.

Tantangan: Pendanaan dan Teknologi Lokal

Meskipun potensinya besar, proyek ini menghadapi tantangan besar dalam hal pendanaan dan kesiapan teknologi lokal. Estimasi total biaya US$5,5 miliar mencakup pembangunan infrastruktur, pengadaan peralatan, serta pelatihan tenaga kerja.

Beberapa pengamat menilai bahwa keberhasilan proyek ini bergantung pada komitmen pemerintah daerah dan partisipasi swasta. Di sisi lain, transfer teknologi dari negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan menjadi kunci agar proyek ini tidak hanya bergantung pada impor mesin mahal.

“Kalau hanya mengandalkan investasi asing, risiko finansialnya tinggi. Kita perlu membangun kapasitas dalam negeri, baik di sisi riset, produksi komponen, maupun pengelolaan operasional,” ungkap Prof. Bambang Brodjonegoro, pakar ekonomi energi dari Universitas Indonesia.

Kerjasama Internasional dan Dukungan Global

Beberapa negara mitra seperti Jepang, Korea Selatan, dan Denmark telah menyatakan ketertarikan untuk mendukung proyek ini. Jepang, misalnya, akan membantu dalam teknologi pembakaran bersih (clean incinerator), sementara Denmark menawarkan solusi pengolahan limbah berkelanjutan berbasis AI.

Selain itu, Bank Dunia juga dikabarkan sedang meninjau kemungkinan memberikan dukungan pinjaman lunak guna mempercepat pembangunan tahap pertama.

Masa Depan Energi Hijau Indonesia

Proyek “waste-to-energy” ini bukan hanya solusi atas krisis sampah, tetapi juga menjadi simbol transformasi energi nasional menuju sistem yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan integrasi teknologi canggih dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia menempatkan dirinya di jalur yang sama dengan negara-negara maju dalam pemanfaatan energi berbasis limbah.

“Inilah masa depan energi Indonesia tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam, tapi juga sumber daya yang sebelumnya dianggap limbah,” tutup Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Kesimpulan

Transformasi energi bersih melalui proyek Waste-to-Energy di 33 kota menjadi langkah strategis untuk mewujudkan Indonesia yang lebih mandiri energi dan ramah lingkungan. Dengan dukungan pendanaan sebesar US$5,5 miliar, proyek ini berpotensi menjadi tonggak penting dalam sejarah teknologi hijau Indonesia.

Jika berhasil diimplementasikan secara konsisten, proyek ini tidak hanya akan mengurangi timbunan sampah nasional, tetapi juga membuktikan bahwa inovasi teknologi dapat menjadi solusi nyata bagi keberlanjutan lingkungan dan masa depan energi bersih. 

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

World AI Show Malaysia 2025 Hari Pertama: 1.500 Pemimpin Teknologi dan Inovator Berkumpul untuk Mendorong Masa Depan Kecerdasan Buatan Asia Tenggara

alya 01/11/2025

Kuala Lumpur, Malaysia Hari pertama “World AI Show Malaysia 2025” resmi berakhir dengan sukses besar, menandai salah satu tonggak terpenting dalam perjalanan ekosistem kecerdasan buatan…

Samsung dan NVIDIA Umumkan Kolaborasi Strategis untuk Manufaktur Chip Berbasis AI: Langkah Besar Menuju Revolusi Semikonduktor Global

alya 01/11/2025

Seoul/Santa Clara, Oktober 2025  Dunia teknologi kembali dihebohkan dengan kabar besar dari dua raksasa industri:…

Google Perkuat Ekonomi AI Asia Tenggara: Misi Besar Bangun Talenta, Pertanian Cerdas, dan Kesehatan Digital di Era Kecerdasan Buatan

alya 01/11/2025

Jakarta, Oktober 2025  Raksasa teknologi global Google kembali menunjukkan komitmennya terhadap transformasi digital Asia Tenggara…

Delta Electronics Akuisisi Noda RF Technologies: Strategi Besar Perkuat Rantai Pasok Daya Semikonduktor Global di Era AI dan Otomasi

alya 01/11/2025

Dalam langkah strategis yang semakin menegaskan posisinya di industri teknologi global, Delta Electronics Inc., perusahaan…

Menyusun Ulang Angka-Angka AI Asia Tenggara: Investasi Menuju US$110 Miliar, Tapi Apakah Infrastruktur dan Talenta Siap?

alya 01/11/2025

Asia Tenggara tengah berdiri di ambang revolusi digital baru. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, populasi…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!