Google Kena Tuduhan Mencuri Konten Penerbit untuk AI
CEO People Inc., Neil Vogel, melontarkan tuduhan keras terhadap Google dengan menyebut perusahaan tersebut sebagai “bad actor.” Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi Fortune Brainstorm Tech setelah ia menilai Google tidak adil dalam memanfaatkan konten dari penerbit digital dan cetak untuk mendukung produk kecerdasan buatan (AI).
Vogel menjelaskan bahwa Google menggunakan satu crawler untuk dua fungsi sekaligus: mengindeks situs web untuk mesin pencari dan mengumpulkan data bagi produk AI. Menurutnya, praktik ini merugikan penerbit karena meskipun Google masih mengirimkan lalu lintas pengunjung, konten yang diambil juga digunakan untuk bersaing langsung melalui layanan AI.
Dampak pada Lalu Lintas Penerbit
Beberapa tahun lalu, Google Search menyumbang hingga 90% lalu lintas People Inc. Kini, angka tersebut turun drastis menjadi sekitar 20%. Meskipun audiens dan pendapatan People Inc. tetap meningkat, Vogel menilai penurunan tersebut menunjukkan adanya ketergantungan yang berkurang terhadap Google sekaligus menegaskan ketidakadilan jika konten mereka digunakan tanpa imbalan.
“Tidak benar ketika konten kami diambil hanya untuk dipakai melawan kami,” tegas Vogel. Ia menambahkan bahwa penerbit perlu memiliki posisi tawar yang lebih kuat di era AI agar konten tidak dimanfaatkan secara sepihak oleh perusahaan teknologi besar.
Strategi Memblokir AI Crawler
Untuk menghadapi situasi ini, People Inc. menggunakan solusi terbaru dari Cloudflare yang mampu memblokir AI crawler yang tidak membayar. Langkah ini berhasil memancing beberapa penyedia model bahasa besar (LLM) untuk mendekati People Inc. dan menawarkan potensi kerja sama konten. Vogel mengaku sudah menjalin kesepakatan dengan OpenAI, yang ia sebut sebagai “good actor.”
Meski begitu, memblokir crawler Google bukanlah pilihan karena hal tersebut akan sekaligus menghalangi pengindeksan di Google Search, memutus akses ke 20% lalu lintas yang masih tersisa. Vogel menilai Google menyadari kondisi ini dan sengaja tidak memisahkan crawler mereka, sehingga disebut sebagai tindakan “bad actor.”
Suara dari Industri Media
Pandangan Vogel mendapat dukungan dari tokoh media lain. Janice Min, CEO Ankler Media, menyebut Google dan Meta sebagai “content kleptomaniacs” yang sudah lama mengambil keuntungan dari karya penerbit. Ia mengaku perusahaannya memilih memblokir AI crawler ketimbang bekerja sama.
Di sisi lain, Matthew Prince, CEO Cloudflare, menilai perubahan sikap perusahaan AI mungkin akan terjadi di masa depan, terutama setelah adanya regulasi baru. Namun, ia meragukan jalur hukum berbasis hak cipta yang dibuat sebelum era AI bisa menjadi solusi utama.
Isu Hak Cipta dan Regulasi
Menurut Prince, praktik AI yang menghasilkan konten turunan (derivative) justru berpotensi dilindungi oleh prinsip fair use dalam hukum hak cipta. Ia menyinggung kasus penyelesaian antara Anthropic dan para penerbit buku senilai 1,5 miliar dolar AS sebagai upaya menjaga preseden hukum yang menguntungkan perusahaan AI.
Prince juga melontarkan kritik lebih luas terhadap Google. Ia menilai Google telah mengajarkan penerbit untuk mengejar trafik ketimbang kualitas konten, mendorong fenomena artikel yang ditulis hanya demi klik. Meski begitu, Prince percaya bahwa situasi saat ini menempatkan Google dalam posisi sulit dan memprediksi bahwa dalam waktu dekat, Google akan mulai membayar penerbit untuk penggunaan konten dalam model AI mereka.
Tantangan dan Masa Depan Hubungan AI dengan Media
Kontroversi ini mencerminkan dinamika baru antara teknologi AI dan industri media. Di satu sisi, penerbit ingin memastikan bahwa karya mereka tidak digunakan tanpa kompensasi yang adil. Di sisi lain, perusahaan teknologi berargumen bahwa inovasi AI membutuhkan data dalam skala besar, termasuk dari publikasi digital.
Konflik ini menyoroti perlunya regulasi yang lebih jelas mengenai hak cipta di era AI. Jika tidak ada kejelasan, penerbit berisiko kehilangan kendali atas konten mereka, sementara perusahaan AI terus berkembang dengan memanfaatkan data yang sama.
Kesimpulan
Tuduhan Neil Vogel terhadap Google menjadi bagian dari perdebatan lebih besar tentang keadilan dalam ekosistem digital. Penerbit menuntut transparansi dan kompensasi atas konten yang digunakan untuk melatih AI, sedangkan perusahaan teknologi menekankan perlunya akses data demi inovasi.
Dengan meningkatnya penggunaan AI, keseimbangan antara hak penerbit, kebutuhan teknologi, dan kepentingan publik akan menjadi isu krusial. Ke depan, regulasi, kesepakatan bisnis, dan kesadaran etis dari perusahaan teknologi akan sangat menentukan arah hubungan antara media dan AI.
Ingin tahu update seputar tren digital lainnya? Temukan inspirasi teknologi harian di Instagram @Wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, Webklik juga menyediakan layanan pembuatan website profesional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi Anda. Hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
Shell Indonesia Hadirkan Helix Ultra Generasi Baru: Inovasi Teknologi Formula Canggih untuk Masa Depan Otomotif Ramah Mesin dan Ramah Lingkungan
alya 08/11/2025 0Jakarta, Industri otomotif Indonesia kembali mendapat angin segar dengan peluncuran produk terbaru dari Shell Indonesia, yaitu Shell Helix Ultra dengan formula generasi baru. Produk pelumas…
Tiongkok Percepat Revolusi Teknologi Nasional: Pedoman Baru Pemerintah Dorong Penerapan Inovasi dan Produk Canggih Secara Masif
alya 08/11/2025 0Pemerintah Tiongkok baru saja merilis sebuah pedoman nasional yang berfokus untuk mempercepat pengembangan serta penerapan…
Meta Platforms Gelontorkan Investasi Rp 9.600 Triliun untuk Pusat Data AI: Langkah Raksasa Menuju Dominasi Teknologi Masa Depan
alya 08/11/2025 0Perusahaan teknologi global Meta Platforms Inc., yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, kembali menjadi pusat perhatian…
Guncangan di Pasar Teknologi Global: Saham AI Tertekan, Sinyal Risiko Baru di Balik Euforia Kecerdasan Buatan
alya 08/11/2025 0Pekan ini, pasar saham global mengalami penurunan tajam yang mengguncang sektor teknologi dan kecerdasan buatan…
Langkah Besar Teknologi Nasional: ITB Serahkan Laptop Berkomponen Dalam Negeri kepada Kemenperin, Wujud Nyata Kemandirian Digital Indonesia
alya 08/11/2025 0Dalam upaya memperkuat ekosistem industri teknologi di tanah air, Institut Teknologi Bandung (ITB) secara resmi…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (961)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (62)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags
