Blog

Tik Tok Shop Gagal Capai Target Pasar AS, Eksekutif China Ambil Alih

Tik Tok Shop memulai 2024 dengan target tinggi untuk pasar AS. ByteDance menargetkan transaksi mencapai 17,5 miliar dolar. Namun, kenyataannya hanya terkumpul sekitar 9 miliar dolar.

Target ini dianggap penting untuk membuktikan potensi TikTok Shop. Namun hasilnya belum sesuai harapan manajemen pusat di China. Karena itu, perubahan strategi dilakukan secara drastis.

Selama ini, TikTok mencoba meniru keberhasilan di Asia Tenggara. Namun pasar Amerika punya karakter konsumen yang berbeda. Konten tidak selalu berbanding lurus dengan minat belanja.

Kegagalan ini membuat ByteDance berpikir ulang soal pendekatan. Alih-alih pendekatan lokal, mereka kembali pada pola ala Douyin. Dengan itu, manajemen pun mulai diganti dari akar.

Eksekutif China Ambil Alih Operasi TikTok Shop AS

ByteDance menunjuk eksekutif dari China untuk memimpin operasi AS. Tokoh seperti Bob Kang dan Mu Qing kini mengendalikan keputusan utama. Mereka sebelumnya memimpin pertumbuhan TikTok Shop di Asia Tenggara.

Pergantian ini memengaruhi budaya kerja di kantor Seattle. Banyak rapat kini menggunakan bahasa Mandarin sebagai pengantar. Akibatnya, beberapa staf AS merasa tersingkir dan kebingungan.

Strategi ini bertujuan menyatukan alur kerja lintas negara. Namun dalam praktiknya, gesekan antar tim kerap terjadi. Perintah datang dari banyak arah, tanpa koordinasi yang jelas.

Selain itu, gaya kerja ala China mulai diterapkan secara ketat. Pegawai diminta masuk kantor lima hari penuh dalam seminggu.Hal ini menambah tekanan dan menurunkan semangat kerja tim AS.

Situasi Kerja Karyawan AS Makin Tak Menentu

Perubahan manajemen juga diikuti dengan pemangkasan tenaga kerja. Sejumlah karyawan di TikTok Shop AS terkena gelombang PHK. Situasi ini memperburuk ketidakpastian di internal perusahaan.

Banyak staf merasa sulit menyesuaikan diri dengan sistem baru. Perintah datang dari China, namun tidak selalu cocok di AS. Alur kerja sering kali berubah tanpa pemberitahuan yang konsisten.

Selain itu, ekspektasi performa makin tinggi dari manajemen pusat. Karyawan diminta bekerja lebih keras untuk menutup gap target. Namun, hasilnya belum terlihat signifikan dalam waktu dekat.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran soal keberlanjutan proyek. Terutama jika tekanan politik terus meningkat dari pihak AS. Karena itu, masa depan TikTok Shop di AS masih belum pasti.

Strategi Baru: Salin Cara Douyin di China

Manajemen kini mulai mengarahkan TikTok Shop meniru Douyin. Douyin adalah versi TikTok di China yang sangat sukses menjual produk. Mereka punya sistem promosi dan insentif yang lebih agresif.

Model ini mengandalkan algoritma yang menghubungkan penjual dan kreator. Selain itu, banyak kampanye didorong lewat diskon besar dan bundling. Pendekatan ini dinilai efektif di pasar yang serba cepat.

TikTok Shop berusaha menerapkan cara yang sama di AS. Namun perbedaan budaya dan preferensi belanja jadi tantangan besar. Konsumen AS tidak selalu tertarik dengan gimmick seperti di China.

Tim kreator lokal pun mengeluhkan tekanan dari kampanye besar. Mereka merasa konten jadi lebih berorientasi penjualan daripada kreativitas. Inilah dilema antara pertumbuhan dan keberlanjutan komunitas.

Apa yang Dipertaruhkan Jelang Deadline Pemisahan?

Situasi makin rumit karena tekanan politik dari Washington. Pemerintah AS memberi tenggat waktu hingga 19 Juni 2024. TikTok harus memisahkan diri dari ByteDance, atau dilarang.

Langkah ini muncul karena kekhawatiran soal data dan pengaruh politik. TikTok dianggap terlalu dekat dengan pemerintah China. Meskipun TikTok membantah, tekanan tetap tidak berkurang.

Kondisi ini mempercepat perubahan internal di TikTok Shop. Mereka ingin menunjukkan profitabilitas sebelum tenggat waktu tiba. Namun apakah langkah ini cukup untuk menenangkan regulator?

Keputusan ByteDance menunjuk eksekutif China bisa jadi bumerang. Karena langkah ini justru menguatkan anggapan keterkaitan langsung. Sementara pasar AS tetap jadi target utama pertumbuhan TikTok global.

Kesimpulan

TikTok Shop sedang berada di persimpangan penting dalam ekspansinya. Di satu sisi, mereka ingin meniru kesuksesan Douyin di China. Namun di sisi lain, pasar AS menuntut pendekatan yang berbeda.

Dominasi eksekutif ByteDance menimbulkan pro dan kontra. Efisiensi mungkin meningkat, tapi potensi konflik budaya juga besar. Karyawan lokal merasa kehilangan ruang dan arah kerja.

Dengan tenggat waktu 19 Juni makin dekat, tekanan makin tinggi. TikTok harus membuktikan bahwa mereka layak bertahan di AS. Bukan hanya sebagai platform hiburan, tapi juga e-commerce yang kuat.

Apakah TikTok Shop akan mampu bangkit dan mencetak untung besar? Ataukah ini jadi pelajaran mahal soal ekspansi lintas budaya? Jawabannya mungkin akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.

Ingin terus terdepan dengan tren teknologi terkini? Wesclic Indonesia Neotech siap jadi mitra Anda menghadapi era digital dengan solusi cerdas dan inovatif. Temukan produk unggulan kami di Wesclic Product, dan dapatkan inspirasi teknologi harian di Instagram @Wesclic.

Leave your thought here

Read More

Bitchat: Aplikasi Chat Bluetooth Komunikasi Tanpa Sinyal

Revalita 08/07/2025

Di era serba online, kebutuhan akan komunikasi cepat sering kali bergantung pada jaringan internet stabil. Namun bagaimana jika kamu berada di lokasi minim sinyal? Di…

Grab Hentikan Fitur Baru Demi Fokus Transformasi AI

Revalita 08/07/2025

Di tengah persaingan super ketat layanan digital Asia Tenggara, Grab mengambil langkah yang berani dan…

ChatGPT Kini Bisa Berdiskusi, Fitur Study Together Dirilis

Revalita 08/07/2025

ChatGPT, sebagai salah satu chatbot berbasis AI paling populer di dunia, kembali mengejutkan para penggunanya…

Digitalisasi Ritel: Kunci Bisnis Toko Lebih Efisien

Revalita 07/07/2025

Di era belanja serba instan, pelanggan ritel menuntut layanan yang cepat, praktis, dan minim drama.…

Google Veo 3 Disalahgunakan, Video Rasis Tersebar di TikTok

Revalita 07/07/2025

Kontroversi baru kembali menyoroti dampak perkembangan teknologi kecerdasan buatan, khususnya pada platform media sosial. Kali…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!