Kongres AS Soroti Praktik Penggunaan Visa H-1B oleh Raksasa Teknologi di Tengah Gelombang PHK
Industri teknologi global kembali menjadi sorotan, bukan hanya karena pesatnya inovasi di bidang kecerdasan buatan (AI) dan transformasi digital, tetapi juga karena polemik tenaga kerja. Di Amerika Serikat, sejumlah anggota Kongres menyoroti praktik penggunaan visa kerja H-1B oleh perusahaan teknologi besar di saat bersamaan mereka melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap karyawan domestik.
Isu ini memicu perdebatan sengit: apakah perusahaan teknologi benar-benar membutuhkan pekerja asing berkeahlian tinggi, ataukah mereka memanfaatkan celah hukum untuk menekan biaya tenaga kerja di tengah kondisi pasar yang tidak menentu?
Visa H-1B: Jalan Masuk Talenta Global ke Silicon Valley
Visa H-1B merupakan izin kerja sementara yang diberikan pemerintah AS kepada pekerja asing berkeahlian tinggi, khususnya di bidang teknologi informasi, rekayasa perangkat lunak, ilmu data, dan riset AI. Program ini sudah berlangsung puluhan tahun dan dianggap vital dalam menopang dominasi AS di bidang teknologi.
Setiap tahunnya, hanya 85.000 visa H-1B yang tersedia melalui sistem lotere, sementara jumlah aplikasi yang masuk mencapai ratusan ribu. Perusahaan teknologi seperti Google, Amazon, Microsoft, Meta, dan Apple menjadi pengguna utama program ini untuk merekrut talenta dari India, Tiongkok, dan berbagai negara lain.
Namun, dengan maraknya PHK massal di sektor teknologi sejak 2022 hingga 2025, muncul pertanyaan serius: mengapa perusahaan tetap mengajukan H-1B baru sementara ribuan pekerja lokal kehilangan pekerjaan?
Gelombang PHK di Sektor Teknologi
Data menunjukkan bahwa lebih dari 500.000 pekerja teknologi di seluruh dunia kehilangan pekerjaan sejak awal 2022. Di AS sendiri, perusahaan-perusahaan besar seperti:
- Meta memangkas lebih dari 20.000 karyawan,
- Amazon memberhentikan puluhan ribu staf di divisi cloud dan e-commerce,
- Google melakukan efisiensi di berbagai lini, termasuk tim riset AI,
- Microsoft mengurangi ribuan karyawan meski tetap mengucurkan dana miliaran dolar untuk investasi AI bersama OpenAI.
Kondisi ini memicu kritik keras dari para pembuat kebijakan di Kongres, yang menilai praktik perekrutan H-1B di tengah PHK tidak konsisten dengan semangat melindungi tenaga kerja domestik.
Kekhawatiran Kongres AS
Sejumlah anggota parlemen dari kedua partai menuntut transparansi lebih besar dari perusahaan teknologi. Mereka menilai bahwa H-1B sering disalahgunakan untuk:
- Menekan biaya tenaga kerja, karena gaji pekerja H-1B sering kali lebih rendah dibandingkan rata-rata pekerja domestik.
- Mengabaikan tenaga kerja lokal, meski banyak karyawan AS yang memiliki keterampilan serupa dan sedang menganggur akibat PHK.
- Ketergantungan berlebihan pada talenta asing, yang berpotensi menimbulkan masalah jangka panjang jika terjadi ketegangan geopolitik.
Senator Dick Durbin, misalnya, menyatakan bahwa “H-1B seharusnya digunakan untuk mengisi kesenjangan keterampilan nyata, bukan sebagai cara perusahaan untuk memangkas biaya tenaga kerja ketika mereka baru saja memberhentikan ribuan orang Amerika.”
Argumen dari Perusahaan Teknologi
Meski mendapat kritik, perusahaan teknologi besar tetap membela penggunaan H-1B. Menurut mereka, ada perbedaan signifikan antara pekerja lokal yang di-PHK dan pekerja asing yang direkrut melalui H-1B.
Beberapa poin yang mereka sampaikan antara lain:
- Keterampilan spesifik: Banyak posisi H-1B ditujukan untuk bidang riset canggih seperti machine learning, komputasi kuantum, atau pengembangan chip AI, yang membutuhkan keahlian sangat spesifik dan sulit ditemukan di pasar tenaga kerja lokal.
- Persaingan global: Jika perusahaan AS tidak membuka akses bagi talenta asing, mereka berisiko tertinggal dari kompetitor di Eropa atau Asia yang lebih terbuka dalam menarik tenaga kerja internasional.
- Inovasi jangka panjang: Perekrutan H-1B dianggap sebagai investasi dalam membangun ekosistem inovasi, bukan sekadar strategi jangka pendek untuk menghemat biaya.
Dimensi Teknologi dan Ekonomi
Polemik H-1B tidak bisa dilepaskan dari dinamika teknologi global. Di tengah perlombaan AI, perusahaan membutuhkan ribuan insinyur dan peneliti yang mampu mengembangkan model AI, membangun infrastruktur data center, serta menciptakan aplikasi berbasis machine learning.
Namun, ketersediaan tenaga kerja di AS tidak selalu sebanding dengan permintaan. Inilah yang membuat perusahaan merasa harus merekrut talenta asing. Di sisi lain, kritik soal ketidakadilan tetap valid, terutama ketika PHK masif masih terjadi sementara permintaan H-1B baru tetap tinggi.
Potensi Reformasi Regulasi H-1B
Melihat meningkatnya sorotan publik dan politik, kemungkinan besar pemerintah AS akan melakukan reformasi kebijakan H-1B dalam waktu dekat. Beberapa wacana yang sudah mencuat antara lain:
- Transparansi lebih tinggi: Perusahaan diwajibkan mempublikasikan data perekrutan H-1B di tengah kondisi PHK.
- Pengutamaan tenaga kerja domestik: Regulasi yang mewajibkan perusahaan membuktikan bahwa tidak ada kandidat lokal yang memenuhi syarat sebelum mengajukan H-1B.
- Upah minimum lebih tinggi: Menaikkan standar gaji pekerja H-1B agar tidak menjadi instrumen penekanan biaya tenaga kerja.
- Peningkatan kuota terarah: Kuota H-1B dialokasikan lebih banyak untuk sektor prioritas seperti AI, energi bersih, dan keamanan siber, bukan hanya kebutuhan umum.
Implikasi untuk Industri Teknologi Global
Isu ini tidak hanya berdampak pada AS, tetapi juga ekosistem teknologi global. Negara-negara seperti India, yang menjadi penyumbang terbesar tenaga kerja H-1B, akan terdampak signifikan jika kebijakan diperketat.
Bagi Indonesia, polemik ini menjadi pelajaran penting dalam merancang kebijakan tenaga kerja teknologi. Saat AI dan transformasi digital berkembang pesat, keseimbangan antara menarik talenta asing dan memberdayakan tenaga lokal menjadi isu strategis.
Kesimpulan
Polemik penggunaan visa H-1B di tengah gelombang PHK massal menunjukkan paradoks besar yang dihadapi industri teknologi global: di satu sisi ada kebutuhan mendesak akan talenta berkeahlian tinggi, sementara di sisi lain ada tantangan etika dan keadilan bagi tenaga kerja lokal.
Apapun reformasi yang dilakukan, jelas bahwa masa depan industri teknologi tidak hanya ditentukan oleh inovasi, tetapi juga oleh kebijakan tenaga kerja yang adil, transparan, dan berkelanjutan.
Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
Micro1 Kantongi Pendanaan Seri A Valuasi 500 Juta
Revalita 26/09/2025 0Micro1, startup berusia tiga tahun yang menyediakan layanan perekrutan dan manajemen kontraktor manusia untuk pelabelan serta pelatihan data AI, baru saja meraih pendanaan Seri A…
Pengguna Spotify Free Berbahagia, Kini Bisa Putar Lagu Bebas
Revalita 26/09/2025 0Spotify mengumumkan pembaruan besar untuk pengguna Spotify free di seluruh dunia. Jika sebelumnya mereka hanya…
Vibe Coding Ubah Cara Developer Bekerja di Era AI
Revalita 26/09/2025 0Konsep vibe coding muncul sebagai cara baru dalam dunia pemrograman yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI)…
Kesepakatan Oracle OpenAI Guncang Pasar Teknologi
Revalita 26/09/2025 0Kesepakatan senilai USD 300 miliar antara Oracle dan OpenAI mengejutkan banyak pihak di pasar keuangan.…
Operasi Deportasi ICE Amerika Didukung Teknologi Canggih
Revalita 26/09/2025 0Kebijakan imigrasi menjadi salah satu isu utama pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Janji untuk…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (806)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (58)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags