Blog

Indonesia Menuju Pusat Data AI Asia-Pasifik: Biaya Kompetitif dan Infrastruktur Digital Jadi Daya Tarik Global

Jakarta, Indonesia kian diperhitungkan di peta teknologi dunia. Sebuah laporan terbaru menyebutkan bahwa negara ini berpotensi besar menjadi hub pusat data (data centre hub) untuk teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di kawasan Asia-Pasifik.

Faktor utama yang membuat Indonesia menonjol adalah biaya konstruksi pusat data yang relatif lebih kompetitif, ketersediaan lahan, dan dukungan pemerintah terhadap percepatan transformasi digital nasional.

Menurut laporan yang dirilis oleh lembaga riset Arizton Data Centre Market Research 2025, Indonesia menempati posisi strategis di antara negara-negara Asia dengan pertumbuhan data yang pesat. Laporan itu menyoroti bahwa dalam lima tahun terakhir, permintaan terhadap data centre di Indonesia meningkat hingga 400%, didorong oleh ekspansi perusahaan teknologi global dan meningkatnya kebutuhan infrastruktur digital dari sektor publik maupun swasta.

Daya Tarik Biaya dan Lokasi Strategis

Salah satu faktor terbesar yang menjadikan Indonesia sebagai kandidat kuat hub data centre adalah biaya pembangunan yang lebih rendah dibandingkan Singapura, Jepang, atau Australia.

Rata-rata biaya konstruksi pusat data di Indonesia mencapai USD 7–8 juta per megawatt (MW), jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan Singapura yang bisa mencapai USD 12–14 juta per MW.

Selain itu, lokasi geografis Indonesia yang berada di pusat Asia Tenggara memberikan keuntungan logistik dan konektivitas yang tinggi. Akses terhadap jaringan kabel laut internasional dan konektivitas lintas negara memungkinkan data mengalir dengan cepat antarwilayah.

Hal ini menjadi nilai tambah bagi perusahaan global yang membutuhkan latensi rendah dan keandalan tinggi untuk menjalankan aplikasi berbasis AI, machine learning, dan cloud computing.

“Indonesia kini menjadi pusat perhatian bagi investor global karena memiliki kombinasi langka antara biaya konstruksi rendah, pasar digital besar, dan dukungan pemerintah terhadap ekonomi digital,” ujar Andreas Chandra, analis pasar teknologi Asia dari Arizton.

Lonjakan Permintaan Infrastruktur Digital

Dalam dua tahun terakhir, sejumlah perusahaan besar telah berinvestasi dalam pembangunan pusat data berskala hiperskala (hyperscale data centre) di Indonesia.

Beberapa nama besar seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, Microsoft Azure, dan Tencent Cloud telah mengumumkan ekspansi besar-besaran di Jakarta dan sekitarnya.

Selain pemain global, perusahaan lokal seperti Deltadata, DCI Indonesia, dan Biznet Data Center juga memperluas kapasitas mereka untuk memenuhi permintaan domestik.

Tren ini dipacu oleh meningkatnya adopsi layanan digital, e-commerce, fintech, dan aplikasi berbasis AI di berbagai sektor dari pemerintahan, kesehatan, hingga industri manufaktur.

Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), total kapasitas pusat data di Indonesia diproyeksikan meningkat dari 200 MW pada 2023 menjadi lebih dari 600 MW pada 2027.

Pertumbuhan ini mencerminkan lonjakan eksponensial kebutuhan penyimpanan dan pemrosesan data akibat transformasi digital nasional yang kian pesat.

AI Sebagai Pendorong Utama

Salah satu pendorong utama pertumbuhan data centre di Indonesia adalah gelombang besar adopsi kecerdasan buatan (AI).

Berbagai perusahaan kini memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi, prediksi pasar, personalisasi layanan, hingga otomatisasi industri.

Namun, AI membutuhkan kapasitas komputasi masif dan infrastruktur penyimpanan data dengan kinerja tinggi dan inilah yang membuka peluang besar bagi pengembangan data centre lokal.

“AI tidak bisa berjalan tanpa infrastruktur kuat di belakangnya. Data centre adalah jantung dari seluruh ekosistem AI,” ujar Budi Santoso, Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO).

“Jika Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam ekosistem AI regional, investasi besar-besaran dalam pusat data adalah keharusan.”

Selain itu, keberadaan regulasi data lokal (data sovereignty) yang mendorong penyimpanan data di dalam negeri semakin memperkuat posisi Indonesia.

Peraturan seperti PP No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik membuat banyak perusahaan asing memilih membangun fasilitas data centre di Indonesia untuk mematuhi kebijakan lokal.

Dukungan Pemerintah dan Energi Hijau

Pemerintah Indonesia secara aktif mendukung perkembangan sektor pusat data dan AI. Melalui inisiatif Indonesia Digital Roadmap 2021–2024, pemerintah menargetkan pembangunan ekosistem digital terintegrasi yang mendukung cloud computing, 5G, AI, dan keamanan siber.

Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif investasi, termasuk pembebasan pajak (tax holiday) dan kemudahan perizinan untuk pembangunan fasilitas teknologi informasi di wilayah tertentu seperti Bekasi, Karawang, Batam, dan Cikarang.

Yang menarik, tren baru juga menunjukkan bahwa Indonesia mulai mengadopsi konsep green data centre pusat data ramah lingkungan yang menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya, air, dan angin.

Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060, serta dengan meningkatnya permintaan dari perusahaan global terhadap solusi komputasi rendah karbon.

“Pusat data masa depan tidak hanya harus cepat dan efisien, tetapi juga ramah lingkungan. Investor kini mempertimbangkan jejak karbon dalam setiap proyek teknologi,” ungkap Rini Kusuma, pakar energi digital dari Universitas Indonesia.

Potensi Jadi Hub AI Asia-Pasifik

Laporan Arizton menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara dengan potensi tertinggi untuk menjadi hub AI di Asia-Pasifik, bersama India dan Vietnam.

Dengan jumlah populasi digital lebih dari 200 juta pengguna internet aktif, pasar e-commerce yang berkembang pesat, dan ketersediaan talenta digital muda, Indonesia memiliki fondasi kuat untuk mengembangkan ekosistem AI yang terintegrasi.

Selain itu, konektivitas internasional Indonesia terus meningkat dengan proyek kabel laut baru seperti Bifrost dan Echo, yang menghubungkan Indonesia ke Amerika Serikat dan Singapura, mempercepat keandalan jaringan global untuk AI dan layanan cloud.

“Kombinasi populasi besar, biaya efisien, serta infrastruktur digital yang berkembang menjadikan Indonesia kandidat alami untuk menjadi pusat AI di kawasan Asia-Pasifik,” tulis laporan tersebut.

Kesimpulan: Momentum Emas bagi Indonesia

Dengan biaya pembangunan yang kompetitif, lokasi strategis, dukungan kebijakan pemerintah, serta lonjakan permintaan AI dan cloud computing, Indonesia tengah berada di titik awal menuju transformasi besar sebagai pusat data dan AI regional.

Namun, tantangan tetap ada mulai dari ketersediaan pasokan energi berkelanjutan, keamanan siber, hingga kesiapan SDM teknis.

Meski demikian, banyak pakar percaya bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia dapat berdiri sejajar dengan negara-negara maju di kawasan seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang dalam industri pusat data dan teknologi AI.

Jika tren investasi terus meningkat dan strategi pemerintah berjalan konsisten, bukan tidak mungkin Indonesia akan segera dikenal bukan hanya sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga sebagai pusat kecerdasan buatan (AI hub) terdepan di Asia-Pasifik.

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

Rigetti Computing Umumkan Roadmap Kuantum 150+ Qubit: Langkah Besar Menuju Era Komputasi Masa Depan

alya 12/11/2025

Dunia teknologi komputasi kembali dikejutkan dengan kabar dari Rigetti Computing, salah satu pionir di bidang komputasi kuantum. Dalam laporan pendapatan kuartal ketiga (Q3) 2025 yang…

Tekanan Raksasa Teknologi AS, Uni Eropa Revisi Regulasi AI Act: Antara Inovasi dan Kekhawatiran Etika

alya 12/11/2025

Uni Eropa kembali menjadi sorotan dunia teknologi setelah kabar bahwa European Commission berencana merampingkan beberapa…

ClearPro Perkenalkan Teknologi Film Proteksi Otomotif Generasi Baru di SEMA 2025: Revolusi Baru dalam Dunia Coating dan Keamanan Kendaraan

alya 12/11/2025

Gelaran SEMA Show 2025 di Las Vegas kembali menjadi sorotan dunia otomotif, dan tahun ini…

Clear Blue Technologies dan Eutelsat Pamerkan Inovasi “Pico Smart Off-Grid”: Solusi Energi Pintar untuk Telekomunikasi dan IoT di Pasar Berkembang

alya 12/11/2025

Dalam ajang AfricaCom 2025, salah satu konferensi teknologi dan telekomunikasi terbesar di benua Afrika, Clear…

Palantir Technologies Diproyeksikan Untung Besar dari Lonjakan Permintaan Big Data: Saat Analitik Jadi “Otak” Ekonomi Digital Dunia

alya 12/11/2025

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia teknologi mengalami transformasi besar-besaran akibat ledakan data digital. Setiap detik,…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!