Jony Ive & OpenAI Siapkan Era Baru Perangkat AI: 15–20 Konsep Revolusioner yang Ubah Cara Manusia Berinteraksi dengan Teknologi
Dunia teknologi kembali dihebohkan dengan kabar terbaru dari kolaborasi antara Jony Ive, desainer legendaris di balik kesuksesan produk-produk ikonik Apple, dan OpenAI, perusahaan raksasa di balik ChatGPT. Dalam acara OpenAI DevDay 2025, Ive mengungkapkan bahwa dirinya dan tim tengah mengerjakan 15 hingga 20 ide perangkat berbasis kecerdasan buatan (AI) yang disebut akan “mengubah paradigma hubungan manusia dengan mesin.”
Langkah ini menjadi indikasi bahwa industri teknologi sedang bergerak menuju era baru di mana AI bukan hanya alat bantu produktivitas, tetapi juga sarana interaksi emosional dan sosial yang lebih dalam antara manusia dan perangkat digital.
Fokus pada Konektivitas Emosional, Bukan Sekadar Kinerja
Berbeda dengan pendekatan kebanyakan perusahaan teknologi yang menitikberatkan pada performa, efisiensi, dan daya komputasi, Ive menyatakan bahwa proyek barunya bersama OpenAI akan berfokus pada interaksi yang bersifat manusiawi.
“Selama dua dekade terakhir, teknologi berkembang luar biasa cepat, namun terasa semakin jauh dari sisi kemanusiaan. Kami ingin mengembalikannya ke arah yang lebih hangat dan intuitif,” ujar Ive dalam sesi wawancara di DevDay.
Timnya kini dikabarkan tengah mengeksplorasi perangkat yang mampu ‘memahami’ emosi, konteks, dan kebutuhan pengguna secara lebih mendalam, bukan sekadar menanggapi perintah suara atau teks. Proyek ini juga memanfaatkan model multimodal GPT-5 milik OpenAI yang mampu memproses bahasa, gambar, suara, dan gestur secara bersamaan.
Dari Jam Tangan Pintar hingga “Companion Device”
Beberapa bocoran dari sumber internal yang dikutip oleh Business Insider menyebutkan bahwa beberapa ide yang sedang dieksplorasi termasuk perangkat wearable yang bisa membaca emosi pengguna melalui ekspresi wajah, serta komputer personal berbasis AI yang tidak memiliki layar sama sekali — melainkan berinteraksi dengan pengguna melalui suara dan cahaya.
Selain itu, konsep lain yang dikabarkan tengah diuji adalah “AI companion device”, yakni perangkat kecil yang dapat menemani pengguna sehari-hari, memahami rutinitas, serta memberi saran proaktif berdasarkan konteks aktivitas.
Dengan kata lain, perangkat ini akan berfungsi seperti asisten pribadi sejati, bukan sekadar alat bantu kerja.
“Bayangkan perangkat yang tidak hanya tahu apa yang kamu ketik, tetapi juga memahami bagaimana perasaanmu saat melakukannya,” jelas Ive.
Perpaduan Desain Estetis dan Teknologi Canggih
Salah satu alasan kolaborasi Ive dan OpenAI menjadi sangat menarik adalah karena gabungan keahlian desain dan kecerdasan buatan tingkat tinggi. Ive dikenal karena pendekatannya yang mengutamakan kesederhanaan, keanggunan, dan pengalaman pengguna yang menyatu secara alami dengan kehidupan sehari-hari.
Sementara OpenAI membawa kekuatan teknologi generatif dan pemrosesan data skala besar yang mampu membuat perangkat menjadi lebih adaptif dan personal.
Para analis menyebutkan bahwa kemitraan ini dapat menghasilkan produk yang “lebih manusia daripada mesin” — memadukan logika algoritmik dengan empati buatan.
Menurut The Verge, salah satu ide yang sedang diuji adalah “lingkaran AI pribadi”, perangkat portabel yang bisa berfungsi tanpa layar dan hanya menggunakan AI suara dan visual proyeksi.
Konsep ini diyakini akan menjadi pesaing potensial Apple Vision Pro, namun dengan fokus pada koneksi interpersonal, bukan hanya augmented reality.
Tantangan Teknis dan Filosofis
Meski terdengar menjanjikan, proyek ambisius ini tidak lepas dari tantangan besar. Dari sisi teknis, pengembangan perangkat AI yang mampu memahami konteks emosional manusia masih menghadapi keterbatasan data dan bias model.
Sedangkan dari sisi etika, muncul pertanyaan besar tentang privasi, ketergantungan emosional pada AI, dan potensi manipulasi interaksi sosial.
Beberapa pakar AI juga menyoroti bahwa terlalu banyak personalisasi dapat menciptakan “gelembung perilaku” di mana pengguna hanya berinteraksi dengan AI yang memperkuat preferensinya sendiri.
Namun Ive menanggapi hal itu dengan hati-hati. Ia menyebut bahwa prinsip utama proyek ini adalah “AI yang menghormati pengguna”, bukan menggantikannya.
“Kami tidak sedang membangun mesin yang mendominasi kehidupan manusia, tapi yang memperkaya hubungan mereka dengan dunia,” kata Ive.
OpenAI Bertransformasi Jadi Ekosistem Perangkat
Langkah ini juga menandai transformasi besar bagi OpenAI, yang selama ini dikenal sebagai penyedia layanan AI berbasis cloud seperti ChatGPT dan DALL·E.
Dengan proyek ini, OpenAI mulai memasuki pasar perangkat keras konsumen, menyaingi Apple, Google, hingga Humane AI yang lebih dulu mencoba menghadirkan “AI wearable assistant”.
CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut bahwa kemitraannya dengan Ive bukan sekadar proyek teknologi, tetapi upaya membangun generasi baru interaksi digital yang lebih alami dan empatik.
“Kami tidak sedang membuat perangkat baru. Kami sedang mencoba mendefinisikan ulang arti memiliki hubungan dengan teknologi,” ungkap Altman.
Kesimpulan: Awal Era Baru Antara Desain & Kecerdasan Buatan
Proyek kolaborasi Jony Ive dan OpenAI ini menunjukkan arah masa depan di mana AI dan desain manusia akan melebur menjadi satu kesatuan.
Daripada hanya meningkatkan efisiensi kerja, teknologi AI kini mulai diarahkan untuk memahami sisi emosional, sosial, dan eksistensial pengguna.
Jika berhasil, perangkat AI hasil kolaborasi ini bisa menjadi produk paling berpengaruh sejak iPhone bukan karena kecanggihannya, tetapi karena kemampuannya membuat manusia merasa “dipahami” oleh teknologi.
Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
UNISOC Hadirkan Teknologi Konektivitas Baru untuk Dunia yang Lebih Tersambung: Misi Menjembatani Kesenjangan Digital Global
alya 30/10/2025 0Beijing, Di tengah derasnya arus perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital global, masih ada lebih dari 2,5 miliar orang di dunia yang belum tersambung…
Qualcomm Guncang Dunia Data Center: Luncurkan AI200 dan AI250, Akselerator AI Super Canggih Penantang Nvidia dan AMD
alya 30/10/2025 0Qualcomm kembali membuat gebrakan besar di dunia teknologi dengan meluncurkan dua akselerator AI terbaru mereka,…
Nvidia Kembali Guncang Dunia Teknologi: Produksi Chip ‘Blackwell’ di AS dan Kolaborasi 6G dengan Nokia Dorong Lonjakan Saham Drastis
alya 30/10/2025 0Raksasa teknologi Nvidia Corporation kembali mencuri perhatian dunia setelah sahamnya melonjak tajam menyusul pengumuman serangkaian…
Ledakan Investasi AI di Asia Tenggara: Menuju US$110 Miliar pada 2028, tapi Apakah Benar-Benar Siap?
alya 30/10/2025 0Asia Tenggara sedang berada di tengah gelombang investasi kecerdasan buatan (AI) yang luar biasa besar.…
Pemerintah Indonesia Genjot Pengembangan Talenta AI Nasional: Strategi Menyambut Bonus Demografi 2035
alya 29/10/2025 0Pemerintah Indonesia kini tengah mempercepat pembangunan kompetensi talenta kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di dalam negeri,…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (925)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (60)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags
