Kepercayaan Publik Australia terhadap AI & Media Sosial Menurun: Etika Jadi Sorotan Utama
Jakarta, September 2025 Sebuah laporan terbaru dari Australian National University (ANU) mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan publik Australia terhadap kecerdasan buatan (AI) dan media sosial terus mengalami penurunan signifikan. Laporan ini menyoroti meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap isu etika, transparansi, dan dampak sosial dari penggunaan teknologi digital yang kian mendominasi kehidupan sehari-hari.
Di tengah gencarnya adopsi AI di berbagai sektor mulai dari perbankan, kesehatan, pendidikan, hingga pemerintahan masyarakat Australia menilai ada celah besar antara perkembangan teknologi dengan regulasi serta aspek etika yang menyertainya.
Temuan Utama: Turunnya Kepercayaan Publik
Menurut survei nasional yang dilakukan ANU, hanya sekitar 30% responden yang menyatakan percaya penuh terhadap penggunaan AI dalam layanan publik. Angka ini menurun drastis dibandingkan dengan lima tahun lalu, ketika kepercayaan publik masih berada di kisaran 45–50%.
Sementara itu, kepercayaan terhadap media sosial sebagai sumber informasi semakin merosot. Kurang dari 25% responden menyebut media sosial sebagai platform yang bisa dipercaya, jauh di bawah media tradisional seperti televisi dan radio yang masih memperoleh tingkat kepercayaan lebih tinggi.
Beberapa faktor utama penyebab penurunan kepercayaan publik antara lain:
- Penyalahgunaan data pribadi dan kasus kebocoran informasi yang makin sering terjadi.
- Konten palsu (disinformasi dan misinformasi) yang berkembang cepat di platform digital.
- Kurangnya transparansi dalam cara kerja algoritma AI.
- Kekhawatiran terhadap hilangnya lapangan kerja akibat otomasi berbasis AI.
Etika Menjadi Isu Paling Krusial
Para peneliti menekankan bahwa isu etika kini menjadi pusat perhatian publik. Kekhawatiran masyarakat tidak hanya terkait keamanan data, tetapi juga menyangkut aspek keadilan dan bias dalam penggunaan AI.
Misalnya, algoritma rekrutmen berbasis AI di beberapa perusahaan besar Australia dilaporkan cenderung bias terhadap gender dan latar belakang etnis tertentu. Hal ini memicu perdebatan serius di kalangan akademisi dan aktivis hak asasi manusia.
Selain itu, penggunaan AI dalam sistem pengawasan publik juga memicu kontroversi. Banyak warga menilai adanya potensi pelanggaran privasi yang tidak sejalan dengan prinsip demokrasi.
Media Sosial: Dari Sumber Informasi ke Sumber Distrust
Platform media sosial yang sebelumnya menjadi kanal utama untuk berbagi informasi kini justru menghadapi krisis legitimasi. Fenomena banjir informasi palsu, terutama terkait isu politik, kesehatan, dan iklim, membuat masyarakat makin skeptis.
Kasus manipulasi opini publik melalui bot AI di beberapa pemilu internasional semakin memperkuat keraguan. Pemerintah Australia pun memperketat aturan terhadap platform media sosial, termasuk kewajiban moderasi konten berbasis AI untuk mencegah penyebaran hoaks.
Respons Pemerintah dan Akademisi
Menanggapi temuan ini, pemerintah Australia melalui Department of Industry, Science and Resources menegaskan komitmennya untuk mempercepat penerapan regulasi AI yang etis. Regulasi baru yang tengah dibahas mencakup:
- Transparansi algoritma perusahaan wajib menjelaskan cara kerja sistem AI mereka.
- Standar keamanan data yang lebih ketat untuk melindungi informasi pribadi pengguna.
- Audit independen terhadap sistem AI yang digunakan di sektor publik.
- Pedoman etika nasional AI agar implementasi teknologi tetap sesuai dengan nilai kemanusiaan.
Sementara itu, akademisi dari ANU menyerukan perlunya edukasi publik terkait literasi digital. Menurut mereka, masyarakat harus dibekali dengan pemahaman yang cukup agar mampu membedakan antara konten asli dan manipulatif.
Dampak pada Industri Teknologi
Turunnya kepercayaan publik ini tentu berdampak besar pada industri teknologi di Australia. Perusahaan-perusahaan AI dan penyedia layanan digital kini dituntut untuk:
- Lebih transparan dalam mengungkapkan cara kerja sistem mereka.
- Mengurangi bias algoritma dengan memperkuat riset dan uji etika.
- Membangun kembali kepercayaan publik melalui komunikasi yang jelas dan akuntabel.
Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa memperlambat laju adopsi teknologi baru, terutama di sektor publik yang membutuhkan dukungan masyarakat luas.
Pelajaran untuk Dunia Global
Fenomena penurunan kepercayaan publik di Australia menjadi cermin bagi banyak negara lain, termasuk Indonesia, yang juga sedang giat mendorong transformasi digital dan adopsi AI.
Tanpa kepercayaan publik, teknologi secanggih apapun akan sulit berkembang secara berkelanjutan. Oleh karena itu, regulasi, transparansi, dan etika harus menjadi prioritas utama seiring dengan percepatan inovasi teknologi.
Kesimpulan
Laporan terbaru dari ANU memperlihatkan realitas pahit: AI dan media sosial menghadapi krisis kepercayaan publik di Australia. Isu etika, keamanan data, serta disinformasi menjadi penyebab utama penurunan legitimasi teknologi digital.
Namun, di balik tantangan ini, ada peluang besar untuk membangun kembali kepercayaan publik melalui regulasi yang kuat, transparansi algoritma, dan komitmen etis dari industri teknologi.
Australia kini berada di persimpangan penting: apakah mampu menyeimbangkan inovasi dengan etika, atau justru membiarkan jurang ketidakpercayaan semakin melebar.
Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
Proyek “Stargate”: OpenAI, Oracle, dan SoftBank Gelontorkan US$500 Miliar untuk Infrastruktur AI Raksasa
alya 01/10/2025 0Jakarta, September 2025 – Dunia teknologi kembali diguncang dengan pengumuman investasi kolosal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tiga raksasa global, yakni OpenAI, Oracle, dan SoftBank,…
Pergeseran ke “World Models”: AI Kini Alihkan Fokus dari LLM ke Pemahaman Dunia Nyata
alya 01/10/2025 0Jakarta, September 2025 Dunia kecerdasan buatan (AI) tengah memasuki fase baru. Jika selama beberapa tahun…
OpenAI Siapkan “Sora 2”: Aplikasi Sosial Berbasis Video AI ala TikTok, Era Baru Kreativitas Digital Dimulai
alya 01/10/2025 0Jakarta, September 2025 Setelah sukses mengguncang dunia teknologi dengan ChatGPT dan inovasi AI generatif lainnya,…
Kepercayaan Publik Australia terhadap AI & Media Sosial Menurun: Etika Jadi Sorotan Utama
alya 01/10/2025 0Jakarta, September 2025 Sebuah laporan terbaru dari Australian National University (ANU) mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan…
DeepSeek Luncurkan Model Eksperimental “V3.2-Exp” dan Turunkan Harga API Lebih dari 50%: Gebrakan Baru di Dunia AI
alya 01/10/2025 0Jakarta, September 2025 – Perusahaan teknologi kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek, kembali menjadi sorotan…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (820)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (58)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags