Blog

Krisis Chip Global Kembali Mengguncang: Nissan dan Mercedes Ingatkan Ancaman Serius pada Produksi Otomotif Dunia

Dunia otomotif kembali berada di ujung tanduk akibat krisis pasokan semikonduktor yang kian memburuk. Dua produsen mobil besar, Nissan Motor Co. asal Jepang dan Mercedes-Benz Group AG asal Jerman, secara terbuka memperingatkan bahwa ketegangan geopolitik dan kelangkaan chip global berpotensi menimbulkan gangguan besar terhadap produksi kendaraan mereka di kuartal mendatang.

Peringatan ini menandai babak baru dalam krisis chip yang sempat mereda setelah pandemi COVID-19, namun kini kembali mencuat karena konflik dagang antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Taiwan, yang merupakan pusat utama produksi semikonduktor dunia.

Krisis Chip: Luka Lama yang Kembali Terbuka

Masalah kelangkaan chip semikonduktor bukan hal baru bagi industri otomotif. Pada tahun 2020–2022, pandemi menyebabkan gangguan rantai pasok global, membuat banyak pabrikan mobil harus menunda atau bahkan menghentikan produksi selama berbulan-bulan. Kini, empat tahun kemudian, sejarah tampaknya kembali terulang, namun dengan dimensi yang lebih kompleks.

Menurut laporan dari Financial Times, Nissan dan Mercedes menyatakan bahwa ketegangan geopolitik di kawasan Asia Timur, terutama antara Tiongkok, Taiwan, dan Amerika Serikat, telah memperburuk ketersediaan pasokan bahan mentah dan memperlambat ekspor chip. Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan Samsung Electronics dua raksasa produsen chip dunia menghadapi tekanan besar untuk menjaga stabilitas suplai sambil menghadapi regulasi baru dari AS dan sekutunya.

Seorang eksekutif senior Nissan menyebutkan bahwa beberapa pemasok mereka telah mengalami penundaan pengiriman hingga 12 minggu, terutama untuk chip mikrokontroler yang digunakan dalam sistem navigasi, sensor kendaraan, dan sistem bantuan pengemudi.

“Situasinya semakin menantang. Kami tidak berbicara tentang penundaan kecil, melainkan risiko sistemik terhadap rantai pasok global otomotif,” ungkapnya.

Mercedes: Dampak Terasa Hingga Pabrik Eropa

Sementara itu, Mercedes-Benz juga mengonfirmasi bahwa sejumlah fasilitas produksinya di Eropa menghadapi pengurangan kapasitas sementara karena keterbatasan pasokan komponen elektronik. Pabrik di Sindelfingen, Jerman yang memproduksi sedan mewah kelas S dan model listrik EQS terdampak paling parah.

Dalam pernyataannya, Mercedes menjelaskan bahwa komponen semikonduktor tertentu untuk sistem ADAS (Advanced Driver Assistance System) dan infotainment masih sulit diperoleh. “Krisis chip ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal keamanan strategis industri otomotif global,” ujar Ola Källenius, CEO Mercedes-Benz.

Perusahaan itu kini tengah berupaya menjalin kemitraan jangka panjang dengan produsen chip Eropa, termasuk Infineon Technologies dan STMicroelectronics, guna mengurangi ketergantungan pada pasokan dari Asia Timur.

Geopolitik dan Efek Domino Teknologi

Krisis chip saat ini dipicu oleh perang dagang teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Washington memperketat ekspor chip dan peralatan manufaktur semikonduktor ke Tiongkok, sementara Beijing membalas dengan pembatasan ekspor material penting seperti gallium dan germanium, yang digunakan dalam pembuatan chip dan panel optik.

Di sisi lain, Taiwan yang menyumbang lebih dari 60% produksi chip global berada dalam posisi genting di tengah ketegangan politik lintas selat. Ketidakpastian ini menimbulkan efek domino terhadap perusahaan global yang bergantung pada rantai pasok semikonduktor.

“Industri otomotif kini menyadari betapa rapuhnya ketergantungan terhadap satu kawasan,” ujar Dr. Martin Schaefer, analis rantai pasok di Oxford Economics. “Krisis ini adalah pengingat bahwa masa depan kendaraan listrik dan otonom akan sangat bergantung pada stabilitas pasokan chip.”

Langkah Antisipatif: Diversifikasi dan Kolaborasi Teknologi

Sebagai langkah mitigasi, baik Nissan maupun Mercedes mulai meningkatkan investasi dalam kolaborasi dengan produsen chip lokal dan mendukung kebijakan reshoring atau nearshoring yakni memindahkan sebagian produksi lebih dekat ke pasar utama mereka.

Nissan dikabarkan menjalin kerja sama dengan Renesas Electronics di Jepang untuk memproduksi chip otomotif khusus (ASIC) secara lokal, sementara Mercedes menjajaki proyek bersama dengan Bosch untuk membangun pabrik chip di Eropa.

Selain itu, beberapa perusahaan otomotif besar juga mulai beralih ke chip modular yang lebih fleksibel dan mudah diproduksi. Strategi ini diharapkan dapat mengurangi risiko ketergantungan pada jenis chip tertentu dan mempercepat waktu adaptasi terhadap situasi pasar yang berubah.

Dampak Jangka Panjang: Revolusi Rantai Pasok Otomotif

Krisis chip ini tidak hanya berdampak pada kinerja jangka pendek, tetapi juga mengubah cara pandang industri terhadap rantai pasok. Para analis memperkirakan bahwa dalam 5 tahun ke depan, perusahaan otomotif akan semakin terintegrasi ke dalam ekosistem teknologi tinggi, dengan model bisnis yang lebih menyerupai perusahaan elektronik dibanding produsen mekanik tradisional.

“Mobil masa depan adalah komputer di atas roda,” kata Carlos Tavares, CEO Stellantis, dalam wawancara terpisah. “Siapa pun yang menguasai chip, dialah yang menguasai industri otomotif di dekade mendatang.”

Faktanya, lebih dari 35% biaya produksi kendaraan listrik modern kini berasal dari komponen elektronik dan chip semikonduktor. Ini menjadikan semikonduktor sebagai sumber daya strategis baru, sejajar dengan minyak pada abad ke-20.

Kesimpulan: Krisis Chip, Krisis Kepercayaan Industri

Krisis semikonduktor global yang kembali mencuat ini menjadi peringatan keras bagi seluruh ekosistem industri otomotif dunia. Ketergantungan berlebihan terhadap satu wilayah produksi, ditambah dengan ketegangan geopolitik dan kenaikan permintaan AI serta kendaraan listrik, telah menciptakan badai sempurna bagi sektor teknologi otomotif.

Nissan dan Mercedes hanyalah dua dari banyak perusahaan yang kini menghadapi tekanan besar. Namun krisis ini juga membuka peluang baru untuk transformasi rantai pasok, kolaborasi lintas industri, dan percepatan inovasi dalam produksi chip otomotif yang lebih efisien dan mandiri.

Ketika dunia memasuki era kendaraan cerdas dan elektrifikasi total, pelajaran yang bisa diambil jelas: kemandirian teknologi adalah fondasi utama bagi masa depan industri mobil global. Dan krisis chip hari ini betapapun beratnya mungkin akan menjadi katalis perubahan menuju sistem produksi yang lebih tangguh, beragam, dan berkelanjutan.

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

World AI Show Malaysia 2025 Hari Pertama: 1.500 Pemimpin Teknologi dan Inovator Berkumpul untuk Mendorong Masa Depan Kecerdasan Buatan Asia Tenggara

alya 01/11/2025

Kuala Lumpur, Malaysia Hari pertama “World AI Show Malaysia 2025” resmi berakhir dengan sukses besar, menandai salah satu tonggak terpenting dalam perjalanan ekosistem kecerdasan buatan…

Samsung dan NVIDIA Umumkan Kolaborasi Strategis untuk Manufaktur Chip Berbasis AI: Langkah Besar Menuju Revolusi Semikonduktor Global

alya 01/11/2025

Seoul/Santa Clara, Oktober 2025  Dunia teknologi kembali dihebohkan dengan kabar besar dari dua raksasa industri:…

Google Perkuat Ekonomi AI Asia Tenggara: Misi Besar Bangun Talenta, Pertanian Cerdas, dan Kesehatan Digital di Era Kecerdasan Buatan

alya 01/11/2025

Jakarta, Oktober 2025  Raksasa teknologi global Google kembali menunjukkan komitmennya terhadap transformasi digital Asia Tenggara…

Delta Electronics Akuisisi Noda RF Technologies: Strategi Besar Perkuat Rantai Pasok Daya Semikonduktor Global di Era AI dan Otomasi

alya 01/11/2025

Dalam langkah strategis yang semakin menegaskan posisinya di industri teknologi global, Delta Electronics Inc., perusahaan…

Menyusun Ulang Angka-Angka AI Asia Tenggara: Investasi Menuju US$110 Miliar, Tapi Apakah Infrastruktur dan Talenta Siap?

alya 01/11/2025

Asia Tenggara tengah berdiri di ambang revolusi digital baru. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, populasi…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!