
Lagu Sukatani Diblokir tapi Tak Bisa Dibungkam!
Ketika musik dilarang, apakah benar akan hilang? Tidak juga. Justru sebaliknya, band Sukatani yang baru saja dibredel oleh polisi kini malah semakin dikenal dan banyak yang mencari tahu tentang mereka. Fenomena ini dikenal sebagai Streisand Effect, sebuah kejadian di mana upaya sensor atau pelarangan justru membuat sesuatu semakin viral.
Apa itu Streisand Effect?

Streisand effect merupakan fenomena paradoks di era digital, di mana upaya menyembunyikan atau membatasi informasi justru membuatnya semakin tersebar luas. Istilah ini berasal dari kasus tahun 2003 ketika penyanyi sekaligus aktris Amerika Serikat, Barbra Streisand, berusaha menghapus foto rumahnya dari internet, tetapi tindakan tersebut malah menarik perhatian publik. Di era digital, upaya sensor semakin sulit dilakukan karena dapat memicu rasa ingin tahu publik. Semakin ditekan, suatu informasi malah menyebar lebih luas, menjadikan Streisand Effect bukti bahwa informasi yang disembunyikan justru berpotensi dapat menjangkau audiens yang lebih luas.
Bagaimana Sukatani Mengalami Streisand Effect?

Kasus Sukatani menjadi salah satu contoh nyata bagaimana internet merespons tindakan represif. Upaya pembredelan yang seharusnya membuat lagu-lagu mereka menjadi hilang justru menciptakan Streisand Effect. Dalam kasus ini, media sosial, publik figur, dan platform digital memperluas eksposur Sukatani.
1. Peran Media Sosial
Nama Sukatani semakin dikenal usai menyampaikan permintaan maaf atas kasus yang mengakibatkan lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” ditarik dari peredaran. Dalam pernyataan maaf yang disampaikan melalui Instagram @sukatani.band pada Kamis, 20 Februari 2025, kedua personel Sukatani menjelaskan bahwa lagu mereka dianggap menyinggung instansi Kepolisian Negara RI (Polri). Mereka juga menegaskan bahwa lagu tersebut telah dihapus dari platform resmi mereka. Namun, setelah tindakan pembredelan tersebut, netizen justru ramai membicarakan Sukatani.
Media Sosial dipenuhi dengan diskusi, protes, serta dukungan untuk band ini. Bahkan, banyak orang yang sebelumnya tidak mengetahui Sukatani menjadi penasaran dan ikut membagikan ulang lagu “Bayar Bayar Bayar”. Hal ini bisa terjadi karena media sosial bersifat reaktif, ketika sesuatu dibungkam netizen justru semakin ingin membicarakannya. Hanya dalam hitungan jam, konten mengenai Sukatani menjadi trending dan nama band ini semakin dikenal luas.
2. Peran Publik Figur dan Platform Alternatif Digital
Di dunia yang semakin terhubung, konten yang sudah tersebar sulit dihapus sepenuhnya. Meski lagu “Bayar Bayar Bayar” oleh Sukatani telah di takedown dari Youtube dan Spotify resmi mereka, netizen selalu menemukan cara untuk mengunggah ulang lagu tersebut di platform lain, seperti Telegram, SoundCloud, atau platform untuk berbagi file lainnya. Bahkan, semakin disensor penyebarannya, semakin banyak orang yang berinisiatif untuk membagikan ulang dan menjadikan lagu tersebut tidak benar-benar hilang.
Musisi besar di platform digital juga turut berperan menjaga eksistensi lagu ini. Misalnya, Baskara Putra (Hindia) dan Ananda Badudu membahas kasus ini di X, menarik perhatian banyak orang terhadap isu kebebasan berekspresi dalam musik. Sementara itu, di Instagram, Iqbaal Ramadhan mengangkat kasus ini melalui unggahan story-nya, yang kemudian disebarkan ulang oleh para pengikutnya. Keberadaan platform alternatif digital serta dukungan dari publik figur semakin memperkuat Streisand Effect pada kasus Sukatani, memastikan bahwa upaya pembredelan tersebut justru membuat lagu mereka semakin dikenal luas
Kesimpulan
Kasus Sukatani menjadi contoh nyata Streisand Effect, di mana upaya pembredelan lagu “Bayar Bayar Bayar” justru membuat lagu tersebut semakin terkenal. Peran media sosial dalam mempercepat penyebaran informasi dengan diskusi, protes, dan dukungan membuat nama Sukatani semakin populer. Selain itu, keterlibatan publik figur serta penggunaan platform alternatif digital turut memperkuat efek ini. Fenomena ini membuktikan bahwa di era digital, upaya penyensoran sering kali menjadi bumerang, semakin keras sesuatu ditekan, semakin luas jangkauan informasinya.
Manfaatkan kekuatan digital untuk menyampaikan pesan dan memperluas jangkauan! Optimalkan strategi digital Anda bersama Wesclic Indonesia Neotech dan temukan berbagai inovasi menarik di Wesclic Product. Jangan lupa ikuti Wesclic Instagram untuk informasi terbaru tentang teknologi dan media digital!
Read More
Alibaba Cloud Resmikan Data Center Kedua di Dubai: Perkuat Ekosistem Cloud & AI di Timur Tengah
alya 20/10/2025 0Dubai, Oktober 2025 Alibaba Cloud, divisi komputasi awan dari raksasa teknologi Tiongkok Alibaba Group, secara resmi mengumumkan pembukaan data center keduanya di Dubai, Uni Emirat…
Bayangan Gelap Revolusi AI: Ketika Kecerdasan Buatan Menciptakan Kelas Sosial Baru di Dunia Digital
alya 19/10/2025 0Di tengah gempita revolusi teknologi dan kecerdasan buatan (AI), muncul satu kekhawatiran mendalam yang diangkat…
HTV-X1: Jepang Kirim Akselerator AI Fotonik ke Luar Angkasa Langkah Besar Kolaborasi Teknologi dan Eksplorasi Antariksa
alya 19/10/2025 0Jepang kembali mencatatkan tonggak sejarah baru dalam dunia teknologi dan eksplorasi ruang angkasa. Melalui misi…
NVIDIA dan Fujitsu Jalin Kemitraan Strategis: Mendorong Revolusi Robotik dan Otomatisasi Industri Berbasis AI di Jepang
alya 19/10/2025 0Dalam langkah besar menuju masa depan industri cerdas, NVIDIA dan Fujitsu resmi mengumumkan kerja sama…
Google Bangun Pusat Data AI Terbesar di Dunia Luar AS: India Jadi Poros Baru Revolusi Kecerdasan Buatan Global
alya 19/10/2025 0Dalam langkah besar yang menandai babak baru perkembangan teknologi global, Google resmi mengumumkan pembangunan pusat…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (890)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (60)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags