Ledakan Investasi AI di Asia Tenggara: Menuju US$110 Miliar pada 2028, tapi Apakah Benar-Benar Siap?
Asia Tenggara sedang berada di tengah gelombang investasi kecerdasan buatan (AI) yang luar biasa besar. Berdasarkan laporan analisis terbaru yang dirilis oleh lembaga riset teknologi regional pada Oktober 2025, nilai investasi di bidang AI di kawasan ini diprediksi melampaui US$110 miliar pada tahun 2028 meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan total investasi pada 2023 yang berada di kisaran US$38 miliar.
Namun di balik optimisme tersebut, para analis memperingatkan bahwa keberhasilan transformasi digital ini tidak hanya bergantung pada jumlah modal, melainkan pada seberapa cepat dan efektif AI benar-benar diadopsi dan menghasilkan produktivitas nyata di sektor publik maupun swasta.
Lonjakan Investasi: Dari Infrastruktur Digital ke AI Generatif
Peningkatan investasi AI di Asia Tenggara mencerminkan perubahan besar dalam prioritas ekonomi digital kawasan. Negara-negara seperti Singapura, Indonesia, Vietnam, dan Malaysia kini berlomba-lomba memperkuat infrastruktur teknologi, mendirikan pusat data, dan mengembangkan ekosistem AI domestik.
Laporan tersebut menyebut bahwa lebih dari 60% investasi AI saat ini diarahkan pada sektor infrastruktur dan layanan cloud, terutama untuk mendukung kebutuhan pemrosesan model besar (large language models/LLM) serta komputasi generatif.
Beberapa negara juga mulai mendirikan pusat inovasi nasional yang fokus pada pengembangan AI lokal dan kolaborasi dengan perusahaan global.
Contohnya:
- Singapura melalui AI Verify Foundation berkomitmen menjadikan negara tersebut pusat pengujian etika dan regulasi AI di Asia.
- Indonesia meningkatkan dukungan terhadap startup AI lokal dan meluncurkan National AI Strategy 2045 yang menargetkan penggunaan AI di sektor publik, manufaktur, dan pertanian.
- Vietnam dan Malaysia fokus pada pelatihan talenta digital serta membangun fasilitas cloud hybrid dengan mitra dari Amerika Serikat dan Jepang.
“Lonjakan ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara tidak hanya menjadi pasar konsumen teknologi, tetapi juga pemain penting dalam rantai nilai global AI,” ungkap Rajiv Menon, analis teknologi senior dari IDC Asia-Pacific.
Pendorong Pertumbuhan: Kombinasi Populasi Muda dan Transformasi Ekonomi
Ada beberapa faktor yang membuat Asia Tenggara menjadi lahan subur bagi pertumbuhan investasi AI.
Pertama, populasi muda dan melek digital menjadi fondasi utama. Lebih dari 60% populasi kawasan berusia di bawah 35 tahun, menciptakan basis pengguna yang adaptif terhadap teknologi baru.
Kedua, perubahan perilaku ekonomi pasca-pandemi mempercepat digitalisasi di berbagai sektor. E-commerce, fintech, logistik, dan layanan publik kini banyak mengandalkan sistem berbasis AI untuk efisiensi dan analisis data.
Ketiga, pemerintah di kawasan ini juga semakin aktif mendorong kebijakan pro-teknologi. Misalnya, Malaysia memperkenalkan insentif pajak untuk perusahaan yang berinvestasi dalam riset AI, sementara Thailand meluncurkan “AI Sandbox” untuk mempercepat uji coba sistem cerdas di sektor transportasi dan pariwisata.
“Asia Tenggara memiliki kombinasi unik antara populasi besar, kebutuhan digital tinggi, dan pasar yang belum jenuh. Faktor-faktor inilah yang menarik investor global,” kata Dr. Nguyen Minh Hao, ekonom digital asal Vietnam.
Namun Tantangan Nyata: Adopsi dan Produktivitas
Meski tren investasi AI di kawasan ini tampak menjanjikan, para analis menekankan bahwa tantangan terbesar bukan pada pendanaan, tetapi pada penerapan efektif.
Banyak proyek AI di tahap awal masih terkendala keterbatasan talenta, infrastruktur data yang tidak merata, dan kurangnya integrasi sistem industri.
Menurut survei dari Oxford Insights 2025 AI Readiness Index, hanya dua negara ASEAN — Singapura dan Malaysia — yang masuk ke dalam 20 besar dunia dalam hal kesiapan AI nasional.
Sementara negara besar seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam masih menghadapi kendala dari sisi akses data berkualitas, literasi teknologi, dan regulasi privasi.
“Masalahnya bukan apakah kita punya AI, tapi apakah kita bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan nilai ekonomi baru,” ujar Dr. Amelia Santoso, pakar kebijakan AI asal Indonesia.
Ia menambahkan bahwa banyak bisnis kecil dan menengah (UKM) masih menganggap AI sebagai sesuatu yang mahal dan kompleks, bukan sebagai alat kerja produktif.
AI Generatif dan Risiko Produktivitas Semu
Ledakan AI generatif juga menimbulkan fenomena baru di kawasan ini. Banyak startup berlomba-lomba mengadopsi teknologi GPT, diffusion models, dan sistem agen otomatis untuk layanan seperti pemasaran, analitik pelanggan, dan desain konten.
Namun, sebagian besar penggunaannya masih berfokus pada sisi kosmetik dan efisiensi administratif, belum banyak yang benar-benar meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Para peneliti memperingatkan risiko munculnya “produktifitas semu”, di mana AI hanya menggantikan proses manusia tanpa benar-benar memperluas kapasitas produksi atau inovasi.
“AI generatif bisa menghasilkan output lebih cepat, tapi tanpa integrasi ke proses bisnis yang matang, manfaatnya tidak akan signifikan,” ungkap laporan Asian Productivity Observatory (APO).
Menuju Ekonomi AI Berkelanjutan
Untuk memastikan pertumbuhan AI yang benar-benar berdampak, analis merekomendasikan tiga langkah utama bagi negara-negara Asia Tenggara:
- Membangun ekosistem talenta AI nasional melalui pelatihan, universitas teknologi, dan sertifikasi internasional.
- Meningkatkan interoperabilitas data antar-sektor, agar model AI bisa beroperasi dengan data yang kaya dan akurat.
- Menetapkan regulasi AI yang adaptif dan etis, yang tidak menghambat inovasi tapi tetap melindungi privasi dan keamanan masyarakat.
Selain itu, perlu ada kolaborasi lintas negara ASEAN dalam bidang riset AI dan infrastruktur digital, agar kawasan ini tidak hanya menjadi pasar teknologi, tetapi juga pusat inovasi global.
Kesimpulan: Investasi Besar, Tantangan Lebih Besar
Prediksi investasi AI senilai US$110 miliar hingga 2028 menjadi bukti bahwa Asia Tenggara kini dianggap sebagai poros baru ekonomi digital dunia. Namun, uang saja tidak cukup.
Tanpa strategi adopsi yang matang dan peningkatan produktivitas nyata, investasi tersebut bisa berisiko menjadi gelembung teknologi jangka menengah.
Masa depan AI di Asia Tenggara akan ditentukan oleh bagaimana setiap negara menyeimbangkan ambisi investasi dengan kemampuan implementasi membangun sistem yang bukan hanya pintar, tapi juga bermanfaat dan inklusif.
Sebagaimana dikatakan oleh Rajiv Menon di akhir laporannya:
“Kawasan ini tidak kekurangan uang atau ide. Yang dibutuhkan sekarang adalah kemampuan mengubah inovasi menjadi dampak nyata agar AI benar-benar menjadi pendorong kemakmuran Asia Tenggara di era digital.”
Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
UNISOC Hadirkan Teknologi Konektivitas Baru untuk Dunia yang Lebih Tersambung: Misi Menjembatani Kesenjangan Digital Global
alya 30/10/2025 0Beijing, Di tengah derasnya arus perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital global, masih ada lebih dari 2,5 miliar orang di dunia yang belum tersambung…
Qualcomm Guncang Dunia Data Center: Luncurkan AI200 dan AI250, Akselerator AI Super Canggih Penantang Nvidia dan AMD
alya 30/10/2025 0Qualcomm kembali membuat gebrakan besar di dunia teknologi dengan meluncurkan dua akselerator AI terbaru mereka,…
Nvidia Kembali Guncang Dunia Teknologi: Produksi Chip ‘Blackwell’ di AS dan Kolaborasi 6G dengan Nokia Dorong Lonjakan Saham Drastis
alya 30/10/2025 0Raksasa teknologi Nvidia Corporation kembali mencuri perhatian dunia setelah sahamnya melonjak tajam menyusul pengumuman serangkaian…
Ledakan Investasi AI di Asia Tenggara: Menuju US$110 Miliar pada 2028, tapi Apakah Benar-Benar Siap?
alya 30/10/2025 0Asia Tenggara sedang berada di tengah gelombang investasi kecerdasan buatan (AI) yang luar biasa besar.…
Pemerintah Indonesia Genjot Pengembangan Talenta AI Nasional: Strategi Menyambut Bonus Demografi 2035
alya 29/10/2025 0Pemerintah Indonesia kini tengah mempercepat pembangunan kompetensi talenta kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di dalam negeri,…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (53)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- technology (1)
- Technology (925)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (60)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (77)
Popular Tags
