Blog

Metode “Bricking” Ponsel Untuk Kembalikan Fokus Otak 

Di tengah dominasi gawai dalam kehidupan sehari-hari, upaya untuk melepaskan diri dari ketergantungan digital semakin mendapat perhatian. Salah satu metode yang muncul belakangan ini adalah praktik “bricking” ponsel, yaitu tindakan secara sengaja memblokir akses ke aplikasi tertentu demi memulihkan konsentrasi dan keterlibatan dalam aktivitas offline.

Fenomena ini tidak hanya muncul dari individu, tetapi juga didorong oleh komunitas dan startup yang menawarkan layanan khusus untuk membatasi penggunaan perangkat secara ekstrem. Beberapa bahkan menyediakan casing fisik atau alat tambahan yang hanya memungkinkan fungsi dasar seperti panggilan dan pesan. 

Praktik bricking ini merefleksikan meningkatnya kebutuhan akan keseimbangan digital, serta kesadaran kolektif bahwa konektivitas tanpa batas bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan produktivitas.

Apa Itu Brick?

Salah satu alat bantu yang dikembangkan untuk mengatasi masalah ini adalah Brick, sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna memblokir aplikasi-aplikasi tertentu secara manual. Namun berbeda dari pengatur waktu layar biasa, Brick menambahkan elemen fisik: sebuah kunci berbentuk kecil berteknologi NFC yang diperlukan untuk “mengunci” (brick) dan “membuka” kembali (unbrick) akses ke ponsel.

Fitur ini dirancang agar pengguna tidak bisa dengan mudah membatalkan keputusan mereka sendiri. Brick bahkan menyediakan lima “emergency unbrick code” yang hanya bisa dipakai sekali. Jika kode habis dan kunci fisik hilang, satu-satunya jalan keluar adalah melakukan factory reset.

Ada pula strict mode yang mencegah pengguna menghapus aplikasi selama mode brick aktif, sehingga jalan pintas seperti menghapus dan mengunduh ulang aplikasi untuk menghindari blokir tidak dapat dilakukan. Semua ini bertujuan mendorong pengguna agar benar-benar berkomitmen pada jeda digital yang mereka ciptakan sendiri.

Detox Digital dengan “Bricking”

Kebiasaan menggunakan ponsel tanpa henti, terutama dalam konteks multitasking atau saat menonton tayangan hiburan, kerap berdampak pada menurunnya daya perhatian. Banyak orang mengalami kesulitan untuk fokus bahkan dalam aktivitas sederhana seperti mengikuti jalan cerita acara televisi, karena terdistraksi oleh notifikasi, dorongan untuk memeriksa media sosial, atau mencari informasi tambahan secara spontan.

Bagi sebagian orang, fenomena ini tidak sekadar soal gangguan sesaat, tetapi sudah memengaruhi gaya hidup, rutinitas, bahkan kualitas hubungan dengan orang sekitar. Ketika perhatian terpecah terus-menerus, aktivitas sehari-hari menjadi kurang bermakna, dan kemampuan untuk hadir sepenuhnya dalam momen pun terganggu.

Tantangan Penerapan “Bricking”

Namun, menggunakan Brick tidak serta merta menjamin hasil instan. Dalam praktiknya, komitmen terhadap jeda digital membutuhkan perubahan pola pikir yang tidak mudah. Ketika pengguna masih membawa kunci fisik ke mana-mana atau membuat terlalu banyak mode (kerja, membaca, menulis, menonton, olahraga), efektivitas Brick justru bisa melemah. Mengatur ulang terlalu banyak variabel sekaligus hanya akan menciptakan kebingungan, bukan keteraturan.

Selain itu, keinginan untuk tetap “selalu siap sedia” terhadap notifikasi penting, baik karena alasan profesional maupun pribadi, membuat proses memutus koneksi terasa berisiko. Bagi mereka yang terbiasa berada dalam posisi tanggap darurat, ketakutan akan ketinggalan informasi krusial menjadi hambatan tersendiri.

Dampak Nyata “Bricking”

Meski awalnya tidak berhasil, penyesuaian sederhana dalam penggunaan Brick justru membuka jalan untuk perubahan yang lebih efektif. Dengan fokus hanya pada satu situasi misalnya, menonton TV, pengguna akhirnya bisa menciptakan batas yang realistis. Dalam mode ini, hanya aplikasi-aplikasi esensial seperti Pesan, Telepon, Jam, atau Dompet yang bisa diakses. Untuk menahan dorongan mencari informasi tambahan selama tayangan berlangsung, pengguna menuliskan pertanyaan di memo pad dan menundanya hingga acara selesai.

Strategi ini menciptakan kondisi di mana gangguan digital bisa dikurangi tanpa sepenuhnya memutus akses komunikasi penting. Hasilnya, perhatian terhadap tayangan meningkat, momen-momen ringan seperti lelucon atau dialog ikonik tidak lagi terlewat, dan rasa menikmati pengalaman menonton pun mulai pulih.

Perubahan Kebiasaan Digital dengan “Bricking”

Meski belum sepenuhnya memulihkan konsentrasi seperti sedia kala, perubahan ini memberi harapan. Pengguna mulai kembali membaca, menikmati ketegangan dalam film tanpa tergesa mencari spoiler, dan belajar membiarkan diri merasa tidak tahu untuk sesaat. Dalam konteks modern yang serba cepat dan terhubung, pelajaran ini tidak sepele: ketidaktahuan ternyata bisa menjadi sumber kejutan menyenangkan, bukan hanya kecemasan.

Pengalaman ini juga memperlihatkan bahwa usaha untuk mengatur ulang relasi dengan teknologi tidak harus dilakukan secara ekstrem atau menyeluruh. Alih-alih mencoba mengontrol setiap aspek sekaligus, memulai dari satu kebiasaan kecil dapat menghasilkan efek domino yang positif.

Kesimpulan

Eksperimen dengan Brick menunjukkan bahwa upaya untuk membangun kembali perhatian bukan hanya soal membatasi waktu layar, tetapi juga soal melatih ulang cara berpikir dan merespons dorongan impulsif terhadap informasi. Meski tidak bekerja optimal untuk semua skenario, pendekatan ini menjadi pengingat bahwa perubahan tidak selalu harus besar. Kadang, satu keputusan sederhana, seperti meletakkan ponsel saat menonton, sudah cukup untuk memulihkan kembali kemampuan kita menikmati momen dengan penuh.

Ingin tahu update seputar tren digital lainnya? Temukan inspirasi teknologi harian di Instagram @Wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, Webklik juga menyediakan layanan pembuatan website profesional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi Anda.

Leave your thought here

Read More

Proyek “Stargate”: OpenAI, Oracle, dan SoftBank Gelontorkan US$500 Miliar untuk Infrastruktur AI Raksasa

alya 01/10/2025

Jakarta, September 2025 – Dunia teknologi kembali diguncang dengan pengumuman investasi kolosal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tiga raksasa global, yakni OpenAI, Oracle, dan SoftBank,…

Pergeseran ke “World Models”: AI Kini Alihkan Fokus dari LLM ke Pemahaman Dunia Nyata

alya 01/10/2025

Jakarta, September 2025 Dunia kecerdasan buatan (AI) tengah memasuki fase baru. Jika selama beberapa tahun…

OpenAI Siapkan “Sora 2”: Aplikasi Sosial Berbasis Video AI ala TikTok, Era Baru Kreativitas Digital Dimulai

alya 01/10/2025

Jakarta, September 2025 Setelah sukses mengguncang dunia teknologi dengan ChatGPT dan inovasi AI generatif lainnya,…

Kepercayaan Publik Australia terhadap AI & Media Sosial Menurun: Etika Jadi Sorotan Utama

alya 01/10/2025

Jakarta, September 2025 Sebuah laporan terbaru dari Australian National University (ANU) mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan…

DeepSeek Luncurkan Model Eksperimental “V3.2-Exp” dan Turunkan Harga API Lebih dari 50%: Gebrakan Baru di Dunia AI

alya 01/10/2025

Jakarta, September 2025 – Perusahaan teknologi kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek, kembali menjadi sorotan…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!