Blog

OpenAI dan Jony Ive Hadapi Tantangan Teknis: Ambisi Membuat Perangkat AI Konsumen Terganjal Kompleksitas Desain dan Hardware

San Francisco, 6 Oktober 2025 Kolaborasi besar antara OpenAI dan desainer legendaris Jony Ive, yang semula digadang-gadang akan melahirkan “iPhone-nya era AI,” kini dilaporkan mengalami hambatan teknis signifikan. Proyek yang sejak tahun lalu menarik perhatian dunia teknologi ini menghadapi serangkaian tantangan dalam pengembangan hardware, integrasi model AI, serta pengalaman pengguna (UX) yang belum sesuai ekspektasi.

Laporan terbaru dari PYMNTS.com menyebutkan bahwa meski proyek ini masih berjalan, ambisi untuk meluncurkan perangkat AI konsumen pertama dari OpenAI tampaknya akan tertunda akibat kompleksitas dalam menciptakan perangkat yang benar-benar intuitif dan dapat berinteraksi alami dengan manusia tanpa layar utama.

Kolaborasi Besar di Balik Proyek Rahasia

Kolaborasi ini berawal pada akhir 2023 ketika CEO OpenAI, Sam Altman, menggandeng Jony Ive, mantan Chief Design Officer Apple dan otak di balik desain ikonik iPhone, iMac, serta Apple Watch. Mereka mendirikan tim desain khusus di bawah perusahaan Ive, LoveFrom, dengan dukungan finansial dari SoftBank Group Corp., yang kabarnya telah menyiapkan dana investasi hingga US$1 miliar.

Tujuan proyek ini bukan sekadar membuat gadget baru, tetapi menciptakan “perangkat AI pertama yang benar-benar manusiawi” — alat yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan kecerdasan buatan tanpa harus menatap layar atau mengetik perintah secara eksplisit.

“Kami tidak ingin membuat ponsel baru. Kami ingin menciptakan cara baru bagi manusia berinteraksi dengan kecerdasan,” ujar Altman dalam wawancara sebelumnya.

Namun, setelah hampir dua tahun riset dan pengembangan, proyek tersebut kini menghadapi realitas teknis yang jauh lebih rumit dari perkiraan awal.

Masalah Utama: Desain Minimalis vs Kompleksitas AI

Salah satu tantangan terbesar yang dilaporkan adalah konflik antara visi desain Jony Ive yang minimalis dan kebutuhan teknis dari model AI milik OpenAI, seperti GPT-5 dan Whisper.

Desain awal yang diusulkan Ive disebut terlalu bersih dan tanpa antarmuka visual utama, sehingga mengandalkan sepenuhnya pada interaksi suara dan sensor lingkungan.

Sayangnya, sistem AI saat ini masih memerlukan umpan balik visual atau teks agar pengguna dapat memahami konteks dan hasil respons. Akibatnya, pengalaman pengguna menjadi membingungkan dalam pengujian internal.

“Masalahnya bukan pada AI-nya, tapi bagaimana AI itu dirasakan manusia,” ungkap seorang sumber internal yang dikutip PYMNTS.

“Tim Ive ingin semua terlihat alami dan elegan, tetapi tim teknis OpenAI masih butuh medium yang konkret untuk menampilkan hasil dan konteks AI.”

Selain itu, integrasi sensor lingkungan seperti kamera, mikrofon adaptif, dan chip AI lokal membutuhkan konsumsi daya besar, sementara Ive ingin perangkat tetap ringan, tanpa kipas, dan portabel.

Kontradiksi ini membuat tim desain harus mengulang prototipe berkali-kali, menghambat jadwal produksi yang semula ditargetkan rilis pada akhir 2025.

Tantangan Lain: Hardware & Keterbatasan Chip AI

Hambatan lain muncul dari sisi hardware. OpenAI belum memiliki pengalaman dalam produksi perangkat fisik, sehingga harus bekerja sama dengan beberapa produsen komponen dari Asia dan Eropa.

Namun, sanksi ekspor chip canggih serta keterbatasan pasokan semikonduktor AI membuat proses pengembangan semakin lambat.

Prototipe awal menggunakan chip Qualcomm Snapdragon X Elite, tetapi hasilnya tidak optimal dalam menjalankan model bahasa besar secara lokal. Upaya untuk mengadopsi chip AI buatan sendiri pun masih dalam tahap awal.

“Perangkat ini memerlukan komputasi lokal yang cepat agar bisa merespons seperti asisten pribadi sejati, tanpa bergantung pada cloud,” ujar analis teknologi dari CCS Insight, Ben Wood.

“Namun hingga kini, belum ada chip mobile di pasar yang mampu menangani model AI sekompleks GPT-5 secara efisien.”

OpenAI kabarnya sedang menjajaki kerja sama dengan Anthropic dan Humane AI untuk berbagi solusi perangkat keras modular, tetapi belum ada kesepakatan resmi.

Persaingan Ketat: Dari Humane AI Pin hingga Rabbit R1

Tantangan lain datang dari persaingan langsung di pasar perangkat AI portabel.

Produk seperti Humane AI Pin dan Rabbit R1 sudah lebih dulu hadir dan menawarkan konsep serupa interaksi AI berbasis suara dan kamera tanpa layar utama.

Meski kedua produk ini menerima sambutan hangat, pengguna juga menyoroti keterbatasan praktis seperti respon yang lambat, baterai boros, dan kurangnya konteks visual.

Situasi ini membuat tim OpenAI dan Ive semakin berhati-hati. Mereka ingin menghindari kesan bahwa perangkat mereka hanyalah versi lain dari “AI assistant wearable” yang gagal memenuhi ekspektasi publik.

“Kami tidak ingin meluncurkan sesuatu yang hanya terlihat futuristik tapi tidak fungsional,” ujar sumber yang dekat dengan tim LoveFrom.

Fokus Baru: Human-Centered AI dan Privasi

Meski terhambat, proyek ini belum ditinggalkan. Tim dikabarkan kini berfokus pada pengembangan interaksi multimodal yang lebih manusiawi, memadukan suara, gesture, dan ekspresi wajah dalam sistem pengenalan konteks.

OpenAI juga memperkuat lapisan privasi dan keamanan data pengguna, salah satu kritik utama terhadap perangkat AI berbasis cloud.

Jony Ive sendiri dikabarkan mendorong visi “calm technology”, yaitu teknologi yang hadir tanpa mengganggu kehidupan manusia.

“AI seharusnya tidak mendominasi perhatian kita, tapi mendukungnya secara alami,” tulis Ive dalam memo internal yang bocor ke media teknologi Inggris.

Prospek ke Depan: Proyek Tertunda, Tapi Tidak Mati

Walaupun belum ada tanggal peluncuran resmi, banyak pengamat percaya proyek ini akan menjadi tolok ukur masa depan interaksi manusia-AI.

Jika berhasil, perangkat ini bisa mengubah paradigma teknologi pribadi dari berbasis layar ke berbasis konteks dan percakapan.

Namun untuk saat ini, OpenAI dan Jony Ive tampaknya masih harus menghadapi kenyataan keras dunia rekayasa perangkat keras di mana desain elegan harus kompromi dengan realitas fisika, panas, dan daya.

Analis teknologi PYMNTS.com, James Walsh, menyimpulkan:

“Proyek ini mengingatkan kita pada awal kelahiran iPhone ambisi besar, jalan terjal. Jika OpenAI dan Ive berhasil, dunia akan memiliki cara baru berinteraksi dengan kecerdasan buatan. Tapi jika gagal, ini akan menjadi pelajaran penting bahwa AI bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga pengalaman manusia.”

Kesimpulan

Kolaborasi antara OpenAI dan Jony Ive mencerminkan upaya ambisius untuk mendefinisikan ulang hubungan manusia dengan AI.

Namun, di balik ide revolusioner itu, tersimpan tantangan nyata dalam menggabungkan keanggunan desain dan kekuatan komputasi.

Proyek ini mungkin tertunda, tetapi jika berhasil diatasi, ia berpotensi membuka babak baru bagi era perangkat AI personal di mana teknologi bukan lagi sesuatu yang kita pegang, melainkan sesuatu yang hidup berdampingan dengan kita.

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

Proyek Ambisius OpenAI & Jony Ive Tersendat: Inovasi Perangkat AI Konsumen Hadapi Hambatan Teknis dan Strategis

alya 07/10/2025

San Francisco, AS Kolaborasi antara OpenAI dan desainer legendaris Jony Ive yang disebut-sebut akan melahirkan “iPhone untuk era AI” dikabarkan menghadapi sejumlah hambatan besar. Proyek…

OpenAI dan Jony Ive Hadapi Tantangan Teknis: Ambisi Membuat Perangkat AI Konsumen Terganjal Kompleksitas Desain dan Hardware

alya 07/10/2025

San Francisco, 6 Oktober 2025 Kolaborasi besar antara OpenAI dan desainer legendaris Jony Ive, yang…

Kolaborasi Raksasa: Digital Realty, Dell, dan DXC Bersatu Percepat Adopsi AI di Dunia Korporasi

alya 07/10/2025

California, AS Tiga pemain besar dunia teknologi, Digital Realty, Dell Technologies, dan DXC Technology, resmi…

Huawei Luncurkan Infrastruktur AI Canggih untuk Perkuat Kemandirian Teknologi di Tengah Tekanan Ekspor AS

alya 07/10/2025

Shenzhen, 6 Oktober 2025 Raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei Technologies Co. Ltd., resmi memperkenalkan serangkaian…

Gelombang Baru Inovasi: 70% Startup Asia Tenggara Kini Digerakkan oleh Kecerdasan Buatan

alya 07/10/2025

Jakarta, 6 Oktober 2025 Asia Tenggara sedang berada di tengah gelombang besar transformasi digital. Dalam…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!