Blog

PBB Bahas AI dalam Sidang Keamanan Global: Menimbang Antara Peluang dan Risiko

New York, 2025 Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kembali menjadi sorotan utama dunia internasional. Dalam sidang terbaru Dewan Keamanan PBB, isu mengenai perkembangan pesat AI dibahas secara mendalam, dengan menyoroti peluang luar biasa yang ditawarkan teknologi ini sekaligus risiko besar yang menyertainya.

Diskusi ini menandai babak baru bagi diplomasi global, di mana teknologi digital kini ditempatkan sejajar dengan isu-isu keamanan internasional klasik seperti konflik bersenjata, senjata nuklir, hingga terorisme.

AI: Teknologi yang Mengubah Tatanan Dunia

Sejak beberapa tahun terakhir, AI berkembang dengan kecepatan yang sulit dibendung. Teknologi ini bukan hanya digunakan untuk hal-hal sederhana seperti chatbot layanan pelanggan atau sistem rekomendasi e-commerce, melainkan sudah merambah ke sektor-sektor strategis seperti:

  • Kesehatan, dengan AI yang mampu mendiagnosis penyakit lebih cepat dibanding dokter.
  • Pertanian, melalui analisis data iklim untuk meningkatkan hasil panen.
  • Keamanan siber, dalam mendeteksi serangan lebih dini.
  • Militer, dengan penggunaan drone otonom dan sistem senjata cerdas.

Di sinilah letak kegelisahan banyak negara: AI bisa menjadi alat kemajuan peradaban, namun pada saat yang sama berpotensi menjadi ancaman keamanan global.

PBB Soroti Dua Sisi Mata Uang AI

Dalam sidang tersebut, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menekankan bahwa AI adalah “inovasi terbesar sekaligus tantangan terbesar umat manusia pada abad ke-21.”

Menurut Guterres, ada dua sisi mata uang dari perkembangan AI:

  1. Peluang:
    • Meningkatkan efisiensi ekonomi global.
    • Membantu negara berkembang mengatasi masalah mendesak, seperti kesehatan publik dan pendidikan.
    • Mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
  2. Risiko:
    • Penyalahgunaan AI dalam peperangan, termasuk senjata otonom mematikan.
    • Potensi manipulasi opini publik melalui deepfake dan disinformasi.
    • Ancaman terhadap jutaan lapangan kerja akibat otomatisasi.
    • Kesenjangan digital yang semakin lebar antara negara maju dan berkembang.

Kekhawatiran Senjata Otonom dan Deepfake

Salah satu topik paling panas adalah penggunaan AI dalam militer. Beberapa negara memperingatkan bahwa senjata otonom yang sepenuhnya dikendalikan AI dapat melanggar hukum humaniter internasional.

Bayangkan sebuah drone yang dapat memutuskan sendiri kapan harus menyerang target tanpa intervensi manusia. Risiko salah sasaran dan eskalasi konflik jelas meningkat drastis.

Selain itu, ancaman deepfake juga menjadi sorotan besar. Teknologi ini dapat menciptakan video atau suara palsu yang hampir mustahil dibedakan dari yang asli, sehingga berpotensi dipakai untuk propaganda, pemerasan, atau menghasut konflik antarnegara.

Upaya Negara-Negara Anggota

Dalam forum PBB, berbagai negara menyampaikan pandangan mereka:

  • Amerika Serikat menekankan perlunya standar etika global dalam pengembangan AI, serta transparansi penggunaan AI di bidang militer.
  • Tiongkok mendorong penguatan kerja sama internasional agar AI tidak hanya menguntungkan negara maju, tetapi juga bisa membantu negara berkembang.
  • Uni Eropa menyoroti keberhasilan awal mereka dalam menerapkan AI Act, sebuah regulasi komprehensif pertama di dunia untuk mengendalikan risiko AI.
  • Negara-negara berkembang meminta dukungan agar tidak tertinggal, baik dalam akses infrastruktur digital maupun transfer teknologi.

Perlunya Kerangka Global

Sidang Dewan Keamanan PBB menghasilkan kesepakatan awal untuk membentuk kerangka kerja global mengenai regulasi AI. Tujuannya adalah memastikan bahwa AI berkembang dengan cara yang:

  1. Aman, tidak membahayakan manusia maupun perdamaian dunia.
  2. Adil, memberikan manfaat bagi semua negara, bukan hanya segelintir negara maju.
  3. Transparan, dengan mekanisme pengawasan yang jelas.
  4. Beretika, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Meski demikian, perdebatan masih akan panjang, karena setiap negara memiliki kepentingan strategis masing-masing.

Peluang untuk Sektor Sipil

Di luar isu keamanan, banyak juga pihak yang menyoroti potensi AI dalam mempercepat pembangunan. Misalnya:

  • Di bidang kesehatan, AI bisa membantu mendeteksi pandemi lebih cepat.
  • Di bidang pendidikan, AI mampu menyediakan akses belajar personalisasi untuk jutaan siswa.
  • Di bidang perubahan iklim, AI digunakan untuk memantau emisi karbon dan memprediksi bencana alam.

PBB menegaskan bahwa peluang-peluang ini tidak boleh diabaikan hanya karena risiko yang ada. Sebaliknya, dunia perlu menemukan keseimbangan antara memaksimalkan manfaat dan meminimalkan ancaman.

Indonesia dan Peran Negara Berkembang

Sebagai salah satu negara berkembang dengan populasi besar, Indonesia ikut ambil bagian dalam sidang tersebut. Delegasi Indonesia menegaskan bahwa AI bisa menjadi motor pembangunan nasional, khususnya di sektor kesehatan, pendidikan, dan pertanian.

Namun, Indonesia juga mengingatkan bahwa tanpa kerja sama internasional, jurang kesenjangan digital bisa semakin melebar. Dukungan berupa pendanaan, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi kunci agar negara berkembang tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen teknologi AI.

Masa Depan: AI Sebagai Isu Keamanan Global

Sidang Dewan Keamanan PBB ini menandai bahwa AI bukan lagi isu teknologi semata, melainkan sudah masuk ke ranah keamanan global. Sama seperti nuklir pada abad ke-20, AI kini dipandang sebagai kekuatan yang bisa membawa dunia ke arah lebih baik, atau justru menjerumuskan pada risiko besar.

Keputusan-keputusan yang diambil hari ini akan menentukan bagaimana manusia hidup berdampingan dengan AI di masa depan apakah menjadi mitra yang membawa kemajuan, atau ancaman yang tak terkendali.

Kesimpulan

Bahasan AI dalam sidang Dewan Keamanan PBB memperlihatkan bahwa dunia sedang menghadapi dilema besar. AI adalah teknologi revolusioner dengan potensi luar biasa untuk mempercepat pembangunan global. Namun, tanpa regulasi, etika, dan kerja sama internasional yang kuat, AI juga bisa menjadi pemicu krisis baru.

Seperti dikatakan oleh António Guterres:

“Kita tidak boleh membiarkan AI menguasai kita. Justru kitalah yang harus menguasai AI, untuk memastikan masa depan yang aman, adil, dan berkelanjutan bagi semua.”

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

Shell Indonesia Hadirkan Helix Ultra Generasi Baru: Inovasi Teknologi Formula Canggih untuk Masa Depan Otomotif Ramah Mesin dan Ramah Lingkungan

alya 08/11/2025

Jakarta, Industri otomotif Indonesia kembali mendapat angin segar dengan peluncuran produk terbaru dari Shell Indonesia, yaitu Shell Helix Ultra dengan formula generasi baru. Produk pelumas…

Tiongkok Percepat Revolusi Teknologi Nasional: Pedoman Baru Pemerintah Dorong Penerapan Inovasi dan Produk Canggih Secara Masif

alya 08/11/2025

Pemerintah Tiongkok baru saja merilis sebuah pedoman nasional yang berfokus untuk mempercepat pengembangan serta penerapan…

Meta Platforms Gelontorkan Investasi Rp 9.600 Triliun untuk Pusat Data AI: Langkah Raksasa Menuju Dominasi Teknologi Masa Depan

alya 08/11/2025

Perusahaan teknologi global Meta Platforms Inc., yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, kembali menjadi pusat perhatian…

Guncangan di Pasar Teknologi Global: Saham AI Tertekan, Sinyal Risiko Baru di Balik Euforia Kecerdasan Buatan

alya 08/11/2025

Pekan ini, pasar saham global mengalami penurunan tajam yang mengguncang sektor teknologi dan kecerdasan buatan…

Langkah Besar Teknologi Nasional: ITB Serahkan Laptop Berkomponen Dalam Negeri kepada Kemenperin, Wujud Nyata Kemandirian Digital Indonesia

alya 08/11/2025

Dalam upaya memperkuat ekosistem industri teknologi di tanah air, Institut Teknologi Bandung (ITB) secara resmi…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!