Blog

UNISOC Hadirkan Teknologi Konektivitas Baru untuk Dunia yang Lebih Tersambung: Misi Menjembatani Kesenjangan Digital Global

Beijing, Di tengah derasnya arus perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital global, masih ada lebih dari 2,5 miliar orang di dunia yang belum tersambung ke internet. Angka ini menyoroti kesenjangan digital yang semakin nyata antara negara maju dan berkembang.

Menjawab tantangan tersebut, UNISOC, salah satu produsen chip dan semikonduktor terkemuka asal Tiongkok, memperkenalkan teknologi konektivitas generasi terbaru yang dirancang khusus untuk menjembatani kesenjangan digital global.

Langkah ini diumumkan dalam konferensi pers yang dikutip oleh Antara News, di mana UNISOC menegaskan komitmennya untuk menghadirkan teknologi yang terjangkau, efisien, dan inklusif bagi miliaran pengguna di seluruh dunia, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan dari revolusi digital.

Misi Global UNISOC: “Connecting Everyone, Everywhere”

UNISOC menyebut inisiatif barunya ini sebagai bagian dari misi “Connecting Everyone, Everywhere,” sebuah upaya strategis untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak hanya dinikmati oleh kalangan elite digital, tetapi juga oleh masyarakat di pedesaan, negara berkembang, dan wilayah terpencil.

Dalam keterangannya, CEO UNISOC, Eric Zhou, mengatakan bahwa kesenjangan digital bukan sekadar isu teknologi, melainkan juga isu sosial dan ekonomi global yang membutuhkan solusi konkret.

“Teknologi bukan hanya soal inovasi, tapi soal akses. Jika miliaran orang masih offline, maka kemajuan AI dan ekonomi digital global akan timpang,” ujar Zhou.

“Melalui teknologi konektivitas baru ini, kami ingin memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk terhubung, belajar, dan berkembang.”

Teknologi Baru: Kombinasi Antara Efisiensi dan Aksesibilitas

Teknologi baru UNISOC ini berfokus pada chipset konektivitas multi-mode hemat daya yang dapat mendukung 4G, 5G, Wi-Fi 7, dan koneksi satelit dalam satu platform.

Namun yang paling penting, desainnya dibuat agar biaya produksi dan integrasi jauh lebih rendah, memungkinkan pabrikan perangkat untuk menciptakan ponsel, tablet, dan IoT device murah dengan performa tinggi.

Beberapa keunggulan utama dari teknologi ini meliputi:

  1. Konsumsi daya ultra-rendah, cocok untuk perangkat di wilayah dengan pasokan listrik terbatas.
  2. Kompatibilitas jaringan universal, memungkinkan koneksi lintas wilayah tanpa perlu upgrade infrastruktur besar.
  3. Kemampuan AI terintegrasi, untuk mendukung fitur cerdas di perangkat entry-level seperti kamera, pengenalan suara, dan asisten digital lokal.
  4. Fitur keamanan berbasis hardware, guna melindungi data pengguna dari ancaman siber yang meningkat.

Teknologi ini akan mulai diproduksi massal pada kuartal pertama tahun 2026, dan UNISOC telah menjalin kemitraan dengan sejumlah operator telekomunikasi serta produsen smartphone di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin.

Fokus pada Inklusi Digital dan Ekonomi Lokal

Salah satu tujuan utama dari inisiatif ini adalah mendorong pemerataan akses digital di negara-negara berkembang.

Menurut laporan ITU (International Telecommunication Union), 95% penduduk dunia tinggal dalam jangkauan sinyal seluler, tetapi lebih dari sepertiganya belum menggunakan internet karena keterbatasan biaya perangkat dan data.

UNISOC berharap inovasi chipset baru ini dapat membantu menurunkan harga perangkat pintar hingga 30%, sehingga masyarakat berpenghasilan rendah bisa menikmati akses internet dan layanan digital.

Selain itu, perusahaan juga menggandeng pemerintah dan lembaga pendidikan di beberapa negara untuk mendukung transformasi digital sektor publik, termasuk pendidikan jarak jauh, pertanian cerdas, dan layanan kesehatan berbasis AI.

“Akses ke internet bukan lagi kemewahan, melainkan hak dasar manusia di era digital,” kata Li Na, Wakil Presiden UNISOC bidang kebijakan publik.

“Kami tidak hanya ingin menjual chip, tapi membangun jembatan menuju inklusi digital global.”

AI untuk Dunia yang Lebih Merata

Inovasi konektivitas UNISOC juga berhubungan erat dengan pengembangan AI inklusif.

Menurut perusahaan, banyak model AI yang saat ini dikembangkan di pusat teknologi dunia membutuhkan koneksi cepat dan perangkat mahal, sehingga sulit diakses oleh masyarakat di negara berkembang.

Melalui chip baru ini, UNISOC berupaya membawa kemampuan AI ke perangkat low-end, seperti:

  • Asisten suara multibahasa lokal,
  • AI kamera untuk identifikasi tanaman di sektor pertanian,
  • Analisis kesehatan dasar di ponsel entry-level,
  • Dan fitur pembelajaran adaptif untuk pendidikan daring.

Dengan demikian, teknologi AI tidak hanya menjadi alat efisiensi industri besar, tetapi juga alat pemberdayaan sosial di tingkat masyarakat akar rumput.

Kolaborasi Global: Dari Asia ke Afrika

Sebagai bagian dari implementasi strategi globalnya, UNISOC telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan beberapa mitra strategis, di antaranya:

  • MTN Group (Afrika Selatan) untuk penyediaan perangkat hemat biaya berbasis chip UNISOC.
  • Indosat Ooredoo Hutchison (Indonesia) untuk uji coba perangkat AI-connected di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal).
  • Telefonica (Amerika Latin) untuk pengembangan jaringan IoT pertanian di wilayah pedesaan.

Kemitraan ini menunjukkan bahwa UNISOC tidak hanya berfokus pada Tiongkok, tetapi juga berperan aktif dalam membangun konektivitas global lintas benua.

Menatap Masa Depan: Dunia Tanpa “Digital Divide”

Dalam pidatonya di Forum Global Inklusivitas Digital 2025, CEO Eric Zhou menegaskan bahwa tujuan akhir dari inovasi UNISOC adalah menciptakan “Dunia Tanpa Digital Divide” dunia di mana setiap individu, apa pun status sosial atau geografisnya, memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan informasi.

“AI dan konektivitas seharusnya tidak menciptakan jurang baru antara mereka yang mampu dan tidak mampu.

Teknologi harus menjadi penyamarataan peluang, bukan alat eksklusif,” ujar Zhou menutup sesi forum tersebut.

Kesimpulan: Teknologi untuk Semua, Bukan Hanya untuk Segelintir

Langkah UNISOC meluncurkan teknologi konektivitas baru bukan hanya pencapaian teknis, melainkan pernyataan moral dan sosial di tengah dunia yang semakin bergantung pada teknologi digital.

Dengan memadukan efisiensi, biaya rendah, dan kemampuan AI, UNISOC berupaya menyentuh lapisan masyarakat yang selama ini tidak tersentuh oleh revolusi digital.

Jika berhasil, inisiatif ini bisa menjadi model global bagi inklusi teknologi yang berkeadilan, sekaligus memperkuat posisi UNISOC sebagai pemain penting dalam ekosistem AI dan konektivitas dunia.

“Satu perangkat murah bisa mengubah satu kehidupan,” kata Li Na.

“Dan miliaran perangkat terjangkau dapat mengubah dunia.”

Ingin terus update tentang informasi digital lainnya? Temukaan inspirasi teknologi harian di instagram @wesclic  dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju. 

Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, webklik juga menyediakan layanan pembuatan website professional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi anda hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.

Leave your thought here

Read More

UNISOC Hadirkan Teknologi Konektivitas Baru untuk Dunia yang Lebih Tersambung: Misi Menjembatani Kesenjangan Digital Global

alya 30/10/2025

Beijing, Di tengah derasnya arus perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital global, masih ada lebih dari 2,5 miliar orang di dunia yang belum tersambung…

Qualcomm Guncang Dunia Data Center: Luncurkan AI200 dan AI250, Akselerator AI Super Canggih Penantang Nvidia dan AMD

alya 30/10/2025

Qualcomm kembali membuat gebrakan besar di dunia teknologi dengan meluncurkan dua akselerator AI terbaru mereka,…

 Nvidia Kembali Guncang Dunia Teknologi: Produksi Chip ‘Blackwell’ di AS dan Kolaborasi 6G dengan Nokia Dorong Lonjakan Saham Drastis

alya 30/10/2025

Raksasa teknologi Nvidia Corporation kembali mencuri perhatian dunia setelah sahamnya melonjak tajam menyusul pengumuman serangkaian…

Ledakan Investasi AI di Asia Tenggara: Menuju US$110 Miliar pada 2028, tapi Apakah Benar-Benar Siap?

alya 30/10/2025

Asia Tenggara sedang berada di tengah gelombang investasi kecerdasan buatan (AI) yang luar biasa besar.…

Pemerintah Indonesia Genjot Pengembangan Talenta AI Nasional: Strategi Menyambut Bonus Demografi 2035

alya 29/10/2025

Pemerintah Indonesia kini tengah mempercepat pembangunan kompetensi talenta kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di dalam negeri,…

Feedback
Feedback
How would you rate your experience?
Do you have any additional comment?
Next
Enter your email if you'd like us to contact you regarding with your feedback.
Back
Submit
Thank you for submitting your feedback!